Inklusifitas
Muslim Sebagai Gerbang Menuju Islam Yang
Rahmatan Lilalamin
Oleh : Faiz al-zawahir*
Islam adalah agama yang sempurna bagi seluruh umat manusia
(QS.5:3). Kesempurnaan islam akan terbukti dan terasa jika kita mendekatinya
dari berbagai fersfektif serta dengan pemikiran yang inklusif. Kesempurnaan islam
tidak mungkin dapat difahami dan dirasakan bagi orang yang pemikiran dan
pandangan hidupnya ekslusif atau tertutup. Karena dengan pemikiran yang
ekslusif itu semua sudah jauh dari ajaran islam dan membatasi islam itu
sendiri, ketika seorang muslim bersikap ekslusif maka dalam hati dan fiirannya
yang diarasakan bukan lagi kebenaran dan keluhuran ajaran islam akan tetapi
kebenaran dan keluhuran islam,akan tetapi akan dirasakan adalah kemahabenaran
golongan dan aloirannya saja. Hal inilah yang memnbuat islam hancur dan di cap
sebagai agama teroris .
sikap dan prilaku ekslusif
yang berlebihan akan menghantarkan umat islam pada kehancuran dan
keterbelakangan, hal itu disebabkan efek dari sikap ekslusif yang cenderung
berakibat buruk bagi kerukunan dan persatuan umat. Tak jarang dengan sikap yang
ekslusif buta antara muslim satu dengan yang lainnya saling mengkafirkan dan
menuduh sesat satu sama lain. Selain dari itu dampak negatif dari sikap ekslusif adalah orang yang bersikap
ekslusif cenderung tertutup pada gagasan dan ide-ide kemajuan dari golongan
lain. Karena yang ada dalam fikirannya adalah alirankulah yang paling benar dan
golongankulah satu-satunya golongan yang berhak masuk surga.
Sikap inklusif
merupakan prasarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang muslim ketika ingin
mewujudkan islam yang rahmatan lilalamin. Karena dengan
memliki sikap inklusif tentunya umat islam akan lebih terbuka dan toleran
terhadap perbedaan yang mana semua itu diperlukan dalam proses pembangunan di
era globalisasi ini. Selain dari itu dengan sikap inklusif umat islam akan
lebih terbuka terhadap ilmu pengetahuan dari manapun ia sumbernya sepanjang
positiv dan sejalan dengan nilai-nilai keislaman tentu tak ada salahnya jika
kita terus mempelajari dan menguasainya.
Sikap ekslusifitas umat islam dengan ditandai kecenderungan
dari bebrapa golongan dan beberapa ulama untuk tidak mempelajari filsafat
karena filsafat dianggap berbahaya dan akan menjerumuskan umat pada kesesatan. Padahal
jika kita lihat dan berkaca pada sejarah peradaban islam masa keemasan islam
ditandai dengan kecintaan para ulama terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan
seperti di zaman khalifah Umar Bin Abdul Ajiz RA. Sikap paranoid atau ketakutan
yang berlebihan yang ditunjukan oleh bebrapa golongan serta ulama terhadap
filsafat sangatlah tidak berdasar. Dengan kontruksi dan struktur filsafat islam
yang berlandaskan al-quran dan asunnah mustahil seorang muslim akan berakhir
pada kesesatan.
Sikap inklusif
memang sangat diperlukan guna mewujudkan islam yang rahamatan lilalamin. Akan tetapi
tentu semua dengan batasan yang jelas. Karena jika kita over inklusif dan dasar
ilmu islamnya lemah maka tak jarang kita akan terjebak pada kesalahan berfikir
dan kesesatan menganggap bahwa seluruh agama benar dan memiliki sumber
kebenaran yang benar pula. Untuk masalah ilmu duniawi dan hal yang bersifat fiqih,ilmu alam,ilmu sosial dan ilmu
yang lainnya maka tetntunya kita harus terbuka pada kebenaran dan ilmu itu
darimanapun datangnya. Akan tetapi untuk permasalahan aqidah dan keimanan
tentunya hanya satu sumber kebenaran yang kita pegang yaitu al-quran serta
hadis sebagai dasar pelengkapnya.
Semoga kita semua termasuk muslim yang senantiasa terbuka
mata hati dan mata jasadiah kita untuk senantiasa mendalami hikmah dan ilmu
Allah SWT, yang terhampar luas di alam semesta raya ini.
Amin ya rabbb
Wallahu a’lam
*Faiz Al-zawahir Ketua Umum HMI
Komisariat Tarbiyah Cabang Kabupaten Bandung. Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung