Sabtu, 13 September 2014

Inklusifitas Muslim Sebagai Gerbang Menuju Islam Yang Rahmatan Lilalamin



Inklusifitas Muslim Sebagai  Gerbang Menuju Islam Yang Rahmatan Lilalamin
Oleh : Faiz al-zawahir*
Islam adalah agama yang sempurna bagi seluruh umat manusia (QS.5:3). Kesempurnaan islam akan terbukti dan terasa jika kita mendekatinya dari berbagai fersfektif serta dengan pemikiran yang inklusif. Kesempurnaan islam tidak mungkin dapat difahami dan dirasakan bagi orang yang pemikiran dan pandangan hidupnya ekslusif atau tertutup. Karena dengan pemikiran yang ekslusif itu semua sudah jauh dari ajaran islam dan membatasi islam itu sendiri, ketika seorang muslim bersikap ekslusif maka dalam hati dan fiirannya yang diarasakan bukan lagi kebenaran dan keluhuran ajaran islam akan tetapi kebenaran dan keluhuran islam,akan tetapi akan dirasakan adalah kemahabenaran golongan dan aloirannya saja. Hal inilah yang memnbuat islam hancur dan di cap sebagai agama teroris .
sikap dan prilaku ekslusif yang berlebihan akan menghantarkan umat islam pada kehancuran dan keterbelakangan, hal itu disebabkan efek dari sikap ekslusif yang cenderung berakibat buruk bagi kerukunan dan persatuan umat. Tak jarang dengan sikap yang ekslusif buta antara muslim satu dengan yang lainnya saling mengkafirkan dan menuduh sesat satu sama lain. Selain dari itu dampak negatif dari sikap ekslusif adalah orang yang bersikap ekslusif cenderung tertutup pada gagasan dan ide-ide kemajuan dari golongan lain. Karena yang ada dalam fikirannya adalah alirankulah yang paling benar dan golongankulah satu-satunya golongan yang berhak masuk surga.
Sikap inklusif merupakan prasarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang muslim ketika ingin mewujudkan islam yang rahmatan lilalamin. Karena dengan memliki sikap inklusif tentunya umat islam akan lebih terbuka dan toleran terhadap perbedaan yang mana semua itu diperlukan dalam proses pembangunan di era globalisasi ini. Selain dari itu dengan sikap inklusif umat islam akan lebih terbuka terhadap ilmu pengetahuan dari manapun ia sumbernya sepanjang positiv dan sejalan dengan nilai-nilai keislaman tentu tak ada salahnya jika kita terus mempelajari dan menguasainya.
Sikap ekslusifitas umat islam dengan ditandai kecenderungan dari bebrapa golongan dan beberapa ulama untuk tidak mempelajari filsafat karena filsafat dianggap berbahaya dan akan menjerumuskan umat pada kesesatan. Padahal jika kita lihat dan berkaca pada sejarah peradaban islam masa keemasan islam ditandai dengan kecintaan para ulama terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan seperti di zaman khalifah Umar Bin Abdul Ajiz RA. Sikap paranoid atau ketakutan yang berlebihan yang ditunjukan oleh bebrapa golongan serta ulama terhadap filsafat sangatlah tidak berdasar. Dengan kontruksi dan struktur filsafat islam yang berlandaskan al-quran dan asunnah mustahil seorang muslim akan berakhir pada kesesatan.
Sikap inklusif memang sangat diperlukan guna mewujudkan islam yang rahamatan lilalamin. Akan tetapi tentu semua dengan batasan yang jelas. Karena jika kita over inklusif dan dasar ilmu islamnya lemah maka tak jarang kita akan terjebak pada kesalahan berfikir dan kesesatan menganggap bahwa seluruh agama benar dan memiliki sumber kebenaran yang benar pula. Untuk masalah ilmu duniawi dan hal yang bersifat fiqih,ilmu alam,ilmu sosial dan ilmu yang lainnya maka tetntunya kita harus terbuka pada kebenaran dan ilmu itu darimanapun datangnya. Akan tetapi untuk permasalahan aqidah dan keimanan tentunya hanya satu sumber kebenaran yang kita pegang yaitu al-quran serta hadis sebagai dasar pelengkapnya.
Semoga kita semua termasuk muslim yang senantiasa terbuka mata hati dan mata jasadiah kita untuk senantiasa mendalami hikmah dan ilmu Allah SWT, yang terhampar luas di alam semesta raya ini.
Amin ya rabbb
Wallahu a’lam


*Faiz Al-zawahir Ketua Umum HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Kabupaten Bandung. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung