Jumat, 25 Juli 2014

Sahadat insaniyah sebagai solusi krisis kepemimpinan nasional; bagian 2



Dari Sahadat Ke Revolusi  Bangsa Dan Negara Guna Menjadi Negara Yang Adil Makmur Dan Diridhai Allah SWT
(Sahadat insaniyah sebagai solusi krisis kepemimpinan nasional; bagian 2)

Oleh : Faiz Al-Zawahir *

Indonesia adalah negeri yang dikaruniai kekayaan dan keindahan alam yang sungguh luar biasa. Alam Indonesia sangat indah dan subur bagi sang penyair koesplus mengatakan bahwa laut Indonesia adalah kolam susu bahkan ketika kita menanam batu dan tongkat kayupun akan tumbuh. Cahaya matahari yang senantiasa menyinari sepanjang tahun.kekayaan dan keindahan alamnya baik di darat ataupun dilaut. Sumber daya alam yang melimpah ruah membentang dari sabang sampai marauke. Indonesia dikaruniai keragaman budaya,bahasa dan suku yang sangat beragam. Karunia tuhan terhadap Indonesia sungguh tak ternilai dan takan habis untuk selalu dideskripsikan dengan kata-kata. Sehingga tidaklah salah atau berlebihan jika Emha ainun nadjib mengatakan seakan-akan surga pernah bocor dan mencipratkan keindahannya ke tanah yang dinamakan Indonesia raya.
Negara-negara diseluruh dunia sangatlah iri melihat Indonesia. hal itu ditandai dengan pada zaman dahulu bangsa-bangsa eropa yang katanya peradabannya sudah maju berduyun-duyun datang ke negeri kita. Ingin memiliki dan menguasai alam raya Indonesia dengan menggunakan berbagai cara. Para pejuang bangsa ini tak henti-hentinya berjuang mengorbankan harta jiwa dan raga guna mengusir mereka dan menjadikan negeri ini merdeka. Meskipun sekarang anak cucu mereka yang memimpin negeri ini tak henti-hentinya menjual dan menggadaikan negeri ini pada mereka yang asing yang diusir oleh pejuang sehingga itulah yang disebut sebagai kolonialisme postmoderen.
Kekayaan alam Keberagaman yang dimiliki indonesia menjadi modal yang tak ternilai untuk menjadi modal dan fondasi dalam membangun Negara ini. Ketika penduduk negeri ini dan para pemimpinnya pandai bersyukur dan mengelola alam Indonesia maka niscaya Indonesia akan menjadi Negara yang tak tertandingi di dunia ini,baik dalam hal ekonomi,budaya,pendidikan dan dalam hal apapun. Bahkan dalam hal militer sekalipun tak akan ada Negara yang mampu menandingi Indonesia ketika pemimpin dan rakyatnya bersatu padu membela negeri. Hal itu dibuktikan ketika peperangan merebut kemerdekaan. Dengan bermodalkan bambu runcing para pahlawan negeri ini tak gentar dan tak takut melawan penjajah yang bersenjatakan senapan,meriam,tank dan pesawat tempur canggih pada zamannya Pahlawan negeri ini bisa memenangkan pertempuran.
Di era globalisasi ini ketika bangsa Indonesia berjuang dan membangun negeri ini supaya menjadi ­the lion of asia Negara yang disegani di asia dan di takuti di bunia. Indonesia malah menjadi the sickman of asia orang sakit dari asia. Dengan segala modal dan potensi negeri ini Indonesia malah dilanda krisis multidimensi,krisis moral,krisis ekonomi dan yang paling parah dan kronis Indonesia mengalami krisis kepemimpinan.
Krisis kepemimpinan di negeri ini menjadi akar dari semua krisis. Hal itu dikarenakan: pertama seorang pemimpin adalah ujung tombak yang menentukan pembangunan negeri ini berhasil atau tidak dengan segala tanggung jawab dan peran yang dimilikinya. Kedua, pemimpin menjadi  potret dan contoh bagi masyarakat yang dipimpinnya sehingga jika pemimpinnya baik maka masyarakatpun akan cenderung mengarah pada kebaikan. Karena mereka mencontoh pemimpinnya, seorang pemimpin berperan sekaligus menjadi seorang guru yang mengajarkan sesuatu pada masyarakat yang dipimpinnya. pepatah bangsa ini mengatakan “guru kencing berdiri murid kencing berlari” saat ini sudah makin parah menjadi “guru kencing berdiri murid mengencingi guru”. Krisis moral dan akhlak yang ada pada bangsa ini karena dimulai dari kebobrokan moral para pemimpinnya.
Ketiga, islam mengajarkan bahwa semua orang adalah pemimpin “kullukum ro’in wakullukum mas’ulun anro’yatihi” dan memiliki tugas mengemban misi sebagai khalifah (Q.S AL-Baqarah:30) oleh sebab itu maka krisis kepemimpinan adalah krisis dasar,krisis yang paling fundamental yang dialami bangsa ini.
Lantas selanjutnya ketika kita sudah mengenal penyakit maka kita bisa menentukan obat apa yang tepat untuk penyakit itu. Ketika kita sudah memahami akar masalah dari krisis yang dialami  negeri ini maka kita bisa merumuskan solusi untuk pemecahan masalah tersebut. Sebagaimana dibahas diatas krisis kepemimpinan adalah krisis yang paling inti dari berbagai macam krisis negeri ini maka solusi apa yang tepat untuk mengatasi krisis itu?
Untuk mengatasi masalah kepemimpinan dan semua masalah yang ada dinegeri ini maka menurut saya bangsa ini yang mayoritas penduduk dan pemimpinya beragama islam haruslah memahami,memaknai dan merenungkan serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam syahadat yang kedua yaitu syahadat insaniyah atau sahadat dimensi kemanusiaan yang berbunyi
واشهد ان محمدا رسول الله
Pemaknaan syahadat insaniyah menjadi solusi permasalahan kemanusian dan kepemimpinan negeri ini. Ketika pada syahadat yang pertama yaitu syahadat ilahiyah manusia memasrahkan dirinya hanya untuk Allah dan tiada yang dia sembah dan dia tuju keculai Allah. Pada syahadat kedua syahadat insaniyah. Syahadat dimensi kemanusiaan. Sama dengan syahadat pertama syahadat ilahiyah untuk bisa memahami dan memaknainya haruslah dimulai dari pengartian secara lafdziyah untuk selanjutnya secara maknawiyah.
Secara lafdziyah syahadat kedua di mulai dengan huruf “WA” yang dalam kalimat ini adalah Harf  وَ  athaf yang berarti “dan”. Selanjutnya  lafadz “asyhadu” yang dalam kajian bahasa arab asyhadu itu dhamir atau subjeknya adalah “ana/aku” yaitu muttakalim wahdah  dalam bahasa Indonesia biasa diartikan “aku bersaksi” subjek aku sebagai orang yang melakukan persaksian adalah keseluruhan dimensi serta realitas yang dimiliki oleh si “aku”. Aku bukanlah mulut saja,bukan mata saja,bukan telinga saja melainkan semua yang ia miliki. Oleh sebab itu ketika seseorang mengucapkan lafadz “asyhadu” maka itu berarti keseluruhan realitas yang ada dalam dirinya itu dipersaksikan. Oleh sebab itu maka sahadat itu bukan “MENGAKU” melainkan “MENG-AKU” dalam artian ketika seseorang mengucapkan lafadz “asyhadu”dalm dua kalimat syahadat maka dia sudah mempasrahkan keseluruhan realitas yang ia miliki untuk dipersaksikan kepada Allah sebagai tuhannya dan Muhammad sebagai nabinya.
            Kemudian lafadz dalam kalimat syahadat adalah “AN” dalam bahasa sunda ulama salaf mengartikannya “kalawan kalakuan sareung tingkah” dalam artinya dengan  keseluruhan kinerja serta gerak langkah dalm hidupnya. Oleh sebab itu orang yang membaca kalimat ini mengikrarkan apapun yang ia lakukan dan ia kerjakan dipersaksikan serta diperuntukan hanya untuk dzat yang maha benar. Ia melakukan kebaikan bukan untuk harta jabatan ataupun pujian melainkan hanya semata-mata hanya untuk Allah tuhan semesta alam. Kemudian lafadz selanjutnya adalah “muhammadur rosululoh”  yang artinya Muhammad sebagai utusan Allah.
            Yang menjadi kunci dalam syahadat insaniyah ini adalah seorang muslim yang membaca syahadat mengakui dan “meng-aku-kan” nilai-nilai yang diajarkan oleh Muhammad Saw. Sahadat insaniyah ini berfungsi sebagai pedoman taktis dan praktis terhadap perwujudan dari syahadat pertama sebagai syahadat ilahiyah. Oleh sebab itu jika ada seorang muslim bertanya “bagaimana caranya mewujudkan keimanan kepada Allah SWT dalam kehidupan kita sehari-hari?” maka jawabannya adalah lihatlah Muhammad dan amalkan nilai-nilai yang beliau ajarkan.
            Lantas apa relevansinya antara syahadat insaniyah dengan permasalahan kepemimpinan di negeri ini. Jawabannya adalah syahadat insaniyah adalah solusi kongkret dan paling logis dari permasalahan di negeri ini. Karena, Dalam pemaknaan syahadat yang kedua manusia yang membaca syahadat haruslah mengamalkan dan “meng-aku-kan” nilai-nilai yang diajarkan oleh Muhammad Saw. Lantas kenapa harus Muhammad?
            Jangankan orang yang mengaku islam dan beragama islam orang yang tidak beragama islampun mengakui bahwa nabi Muhammad Saw adalah sosok manusia yang paling sempurna dan sosok pemimpin bangsa dan pemimpin agam yang paling berhasil sepanjang sejarah dunia ini. Hal ini dibuktikan dengan rangking beliau menempati rangking ke-1 dalam buku Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
            Michael H. Hart beralasan kenapa dia memilih nabi Muhammad sebagai sosok manusia yang paling sempurna dan sosok pemimpin bangsa dan pemimpin agam yang paling berhasil sepanjang sejarah dunia adalah :
1.      Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.
2.      Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.
3.      Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.
4.      Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia "pencatat" Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan.

Pemaknaan dan pengaflikasian nilai-nilai syahadat insaniyah sebagai solusi kepemimpinan negeri ini.
            Jika para pemimpin bangsa ini serta umat islam yang ada dinegeri ini sudah memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam syahadat yang kedua maka tidak akan mungkin ada pemimpin bangsa ini yang tidak bermoral,berakhlaq buruk dan tidak bertanggung jawb Tidak aka ada masyarakat Indonesia yang apatis terhadap permasalahan bangsa ini karena Muhammad mengajarkan kecintaan terhadap tanah air. Tidak aka nada masyarakat dan ulama yang pintar dan kerjanya hanya mengkritik dan menyalahkan orang lain sedangkan ia tidak melakukan apapun untuk menyelsaikan permasalahan. Karena nabi Muhammad mengajarkan kita haruslah berdakwah dengan mengerjakan sesuatu,bertafakur terhadap dosa dan kesalahan diri sendiri bukan menyalahkan orang lain.
            Semua nilai-nilai islam yang diajarkan oleh nabi Muhammad sampai kapanpun jika diamalkan akan menjadi solusi dari semua permasalahan yang ada di dunia ini. Termasuk masalah kepemimpinan karena Muhammad sudah mengajarkan serta mencontohkan bagaimana haruslah seorang pemimpin bersikap dan memutuskan sebuah kebijakan.
            Oleh sebab itu semua manusia yang mengucapkan syahadat yang kedua ini haruslah mengamalkan nilai-nilai yang diajarkan Muhammad jika tidak maka keislamannya batal dan tidak pantas disebut umat islam dan umat Muhammad. Bahkan ketika umat islam hanya memaknai syahadat ilahiyah dan tidak memaknai dan mengamalkan syahadat insaniyah maka syahadat dan keislamannya juga batal. Karena antara syahadat ilahiyah sahadat pertama yang berdimensi ketuhanan dengan syahadat kedua syahadat insaniyah syahadat yang berdimensi kemanusiaan adalah sebuah kesatuan yang tak bisa terpisahkan.
                Ketika nilai-nilai yang ada dalam dua kalimat syahadat baik syahadat ilahiyah ataupun syahadat insaniyah maka yang tercipta adalah sebuah peradaban yang maju dan terciptanya tatanan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt. Amin ya rabbal alamin
walahu alam bishwab



*Faiz Al-zawahir Ketua Umum HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Kabupaten Bandung. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Memahami Kesalehan Transformatif Pada Ikhtiar Transfigurasi Ahmad Wahib


Memahami Kesalehan Transformatif Pada Ikhtiar Transfigurasi Ahmad Wahib

            Ahmad wahib adalah sosok aktivis muslim yang mengalami gejolak pemikiran yang sungguh luar biasa dalam hidupnya. Hal itu disebabkan oleh ajaran serta dogma agama yang tak jarang bertentangan dengan pengalaman hidup dan apa beliau rasakan. Tak semua umat muslim mengalami apa yang beliau alami. Sehingga gagasan serta apa yang beliau fikirkan tak jarang menyebabkan kontroversi dan berbenturan dengan pendapat mayoritas umat islam pada umumnya. Dalam sejarah hidupnya ia pernah tinggal dan hidup di lingkungan Kristen dan bergaul dengan seorang Kristen yang sholeh. Dalam kesehariannya dia senantiasa bergaul dengan ulam dan pemikir islam. Dia hidup di lingkungan islam dan melihat orang islam yang tidaklah sholeh malahan cenderung pendosa dalam kehidupan nereka sehari-hari.
            Latar belakang kehidupan yang beliau alami membentuk pemikiran yang khas,”nyeleneh” bahkan bebrapa kalangan pundamentalis islam mengangap beliau adalah orang yang sesat. Dimata Wahib perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang haru dirasakan, bukan disesali atau di bensi. Bagi wahib perbedaan semestinya disikapai dengan cara melebur, aku-individu ke dalam realitas multivarian, menyelaminya, memaknainya satu persatu. Dengan begitu kita bisa melihat warna yang beraneka rona, demikian wahib menyebutnya- dan merayakan perbedaan sebagai rahmat Tuhan .
            Pluralisme bagi ahmad wahib adalah sebuah keharusan dalam hidup. Karena jika kita tak memahami dan mengamalkan makna dari pluralisme mustahil kita bisa mecapai derajat muslim yang seutuhnya. Karena dalam pemahaman beliau keshalehan dalam islam hanya akan dicapai bukan oleh orang yang merasa “paling islam” tapi kesalehan itu hanya bisa di capai oleh orang yang mampu merasa,meresafi dan mengamalkan nilai-nilai islam dan inti dari ajaran islam.

Belajar pada ikhtiar transfigurasi Wahib
Aku bukan hatta, bukan soekarno, bukan sjahrir, bukan Nasir, bukan Marx, dan bukan pula yang lain-lain. Bahkan............ aku bukan wahib. Aku adalah Me-Wahib, aku mencari dan terus-menerus mencari , menuju dan menjadi wahib, ya, aku bukan aku, aku adalah meng-aku yang terus menerus berproses menjadi aku
( Ahmad Wahib, 1981:55)
Aku bukan nasionalis, bukan Katoloik, bukan sosialis, aku bukan budha, Protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis aku bukan humanis, aku adalah semuanya . mudah-mudahan inilah yang disebut Muslim. Aku ingin bahwa orang memandang dan menilaiku sebagai suatu kemutlakan tanpa menghubung-hibngkan dari kelompok mana saya termasuk serta dari aliran apa saya berangkat
( Wahib, 1981 : 41 )

Bila menilai sesuatu kita sudah bertolak dari suatu asumsi bahwa ajaran Islam itu baik dan paham-paham lain dibawahnya lebih rendah. Ajaran Islam kita tempatkan kedalam tempat yang paling baik. Dan apa yang tidak cocok denganya kita taruh dalam nilai dibawahnya. Karena islam itu paling baik maka kita selalu mengindentikan pendapat yang kita anggap benar sebgai penadapat Islam
 ( Wahib, 1981 : 21-22 )

Menurut  Kuntowijoyo berdasarkan  Al-Qur’an surat Al-Imron 110  Bahwa islam memiliki dinamika dalam untuk tumbuhnya desakan pada adanya transformasi sosial secara terus-menerus ternyata berakar juga pada misi ideologisnya, yakni cita-cita untuk menegakan amr ma;ruf dan nahy munkar dalam masyarakat dalam kerangka keimanan kepada Tuhan, sementara amar ma’ruf berarti humanisasi dan emansipasi dan nahy munkar merupakan upaya untuk liberalisasi dan karena kedua tugas ini berada dala kerangka keimanan maka humanisasi dan liberalisasi ini merupakan dua sisi yang tidak dapt dipisahkan dari transendensi. Di setiap masyarkat dengan struktur dan sidtem apa pun dan dalam tahap historis yang mana pun, cita-cita untuk humanisasi, emansipasi, liberalisasi, dan trensendensi akan selalu memotivasikan gerakan transformasi Islam ( Kuntowijoyo, 1991 : 338 )
Selain dari itu Munir mulkhan  berpendapat “Ajaran rahmatan lilalamin   hanya akan efektif manakala tafsirnya diletakan dalam tubuh sejarah kemanusiaan, salah satu nilai dasar dari penurunan agama dan agama-agama adalah fungsinya bagi manusia, bukan sebaliknya manusia diciptakan untuk agama....  karena itu makna Islam sebagai ajaran bagi perdamaian dan keselamatan umat manusia akan berfunngsi manakala ajaran itu dipahami dan ditafsir bagi kepentingan kemanusiaan dan bukan untuk  kepentingan ketuhanaan ( Abdul Munir Mulkham, 2005 : 47-48 )
Pemaknaan islam sebagai agama kemanusiaan yang akan menjadi rahmat bagi alam semesta. Islam adalah agama yang pali mulia dan agama yang paling sempuran tak ada yang lebih sempurna dan mulia lebih dai islam “alislamu yu’la wala ya’lu alaih”.namun keluhuran dan kesempurnaan nilai-nilai yang ada dalam ajaran islam tidak akan Nampak ketika umat islam belum memahami dan memaknai inti dari ajaran islam seutuhnya. Islam adalah agama paling plural dan menjung-jung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta nilai ketuhanan.
Untuk memahami keluhuran dan nilai-niali pluralism serta toleran terhadap perbedaan yang ada dalam islam manusia haruslah memaknai kembali fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini.  Dalam hal ini Nurrholic madjid pendapat Mengenai manusia KHALIFATULLAH , dia menggambarakan dan melakukan reinterpretasi terhadap “drama kosmis” penciptaan manusia bersumber pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 31. Diantaranya , ia memaknainya sebgai :
1.      Kisah itu menyatakan martabat manusia yang sangat tinggi sebagai khalifah atau wakil tuhan dibumi.
2.      Untuk Menjalankan tugasnya sebagai  khalifah Allah dibumi, manusia dilengkapi dengan ilmu pengetahuan
3.      Kelengkapan lain martabat manusia adalah kebebasan, namun tetap mengenal batas
4.      Dorongan untuk mengenal batas adalah nafsu serakah yaitu perasaan tidak puas dengan anugrah tuhan
5.      Karena kelengkapan ilmu saja tidak menjamin manusia terhindar dari kejatuhan maka manusia memerlukan petunjuk ilahi sebgai spirit safety net
6.      Dengan mengikuti petunjuk ilahi itu manusia dapat memperoleh kembali kebahagiaann surgawinya yang telah hilang ( N.Madjid 1999, 227-228)
Tafsir drama kosmis tersebut menyajikan bebrapa kata kunci yaitu tugas kekhalifahan, pengetahuan, kebebasan, hawa nafsu, pengetahuan spiritual safety net, dan perolehan kembali kebahgiaan yang pernah terlepas, menurut  Nurholish , berdasarkan tafsir Drama kosmis diatas , konsep kekhalifan manusia terkait dengan konsep taskhir, tawhid, dan taslim.Taskhir berarti penundukan alam untuk umat manusia “ sebagai konsekuensi dari tugas kekhalifahan. Allah menciptakan segala sesuatu dibumi ini untuk manusia ( QS 2-29 ), Allah menundukan atau membuat lebih rendah (sakhara) segala sesuatu yang ada dijagat raya untuk manusia. ( QS, 31:20; 45:13)
Tauhid dalam islam adalah proses pembebasan diri yang berpangkal dari syahadat pertama terdiri dari penafiaan dan peneguhan(al-nafy wa al-itsbat)  yaitu peniadaan jenis-jenis Tuhan apapun, dan peneguhan terhadap adanya tuhan yang sebenarnya. Dan Taslim ; islam adalah agam yang menghendaki ada keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan Hablum minallah. manusia dengan manusia hablum minannas, manusia dengan alam hablum minal alam dan manusia dengan dirinya sendiri hablum minan nafsi.
Mudah-mudahan kita semua termasuk golongan yang terus menerus memahami dan merenungkan keluhuran makna dan kebaikan ajaran islam. Sehingga islam sebagai agama paling manusiawi dan agama pali sempurna akan terlihat dan dirasakan tidak hanya oleh umat islam melainkan oleh suluruh umat manusia bahkan semua makhluk yang ada di alam raya ini. Karena itulah islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin. Amin ya rabb
Wallahu a’lam

Rabu, 23 Juli 2014

Dari Sahadat Ke Revolusi Bangsa Dan Negara Guna Menjadi Negara Yang Adil Makmur Dan Diridhai Allah SWT (Bagian 1_Syahadat Ilahiyah)



Dari Sahadat Ke Revolusi  Bangsa Dan Negara Guna Menjadi Negara Yang Adil Makmur Dan Diridhai Allah SWT
(Bagian 1_Syahadat Ilahiyah)

Oleh : Faiz Al-Zawahir *


            Islam adalah agama yang paling sempurna dan tak ada yang lebih sempurna dari islam “al islamu yu’la wala ya’lu alaih” . manifestasi akan kesempurnaan islam ada dalam segala asfek kehidupan. Islal satu-satunya agama yang membahas segala asfek kehidupan manusia. Islam senantiasa mengatur bagaimana pola interaksi manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesame manusia,manusia dengan alam dan manusia dengan dirinya sendiri. Selain dari itu islam satu-satunya agama yang mengatur seluruh tingkah laku dalam kehidupan manusia. Kesempurnaan islam bisa dibuktikan oleh semua manusia menggunakan fersfektif apapun dan ketika islam dilihat dari berbagai fersfektif maka akan semakin Nampak kesempurnaan islam. Hal itu membuktikan bahwasanya kesempurnaan islam tak akan pernah terbantahkan lagi.
Jika suatu bangsa ataupun Negara dibangun dengan pijakan nilai-nilai islam maka bangsa itu akan menjadi bangsa yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT karena hal itulah yang menjadai “masyarakat Cita” yang menjadi tujuan islam. Hal itu akan Nampak  ketika islam yang rahmatan lil alamin terrealisasikan dalam segala asfek kehidupan berbangsa dan bernegara.
            Akan tetapi kesempurnaan islam tidak akan pernah bisa terlihat dan dirasakan ketika nilai-nilai ajaran islam tidaklah di aflikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sebuah nilai atau ajaran dikatakan hidup ketika diwujudkan dalam amal shaleh atau caknur menyebutnya kerja social. ketika ajaran serta nilai yang diajarkan agama itu tidak di implementasikan dalam kehidupan maka agama akan kehilangan subtansi serta esensi dari agama tersebut. Agama hanya akan menjadi ritus-ritus yang kehilangan maknanya,agama hanya akan menjadi seperangkat kitab-kitab yang mendongengkan kebaikan dan keburukan.
            Dalam mengimplementasikan ajaran islam dalam kehidupan ini maka kewajiban untuk seluruh umat islam yang pertama adalah membaca dua kalimat syahadat. Dua kalimat syahadat sebagaimana dibahas oleh para ulama adalah pintu gerbang menuju keislaman yang kaffah. Dalam hadis nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim Syahadat adalah rukun islam yang ke-1 dalam logika ilmu pasti tak mungkin manusia bisa sampai pada angka 2 jika angka satu belum sempurna begitu pula seterusnya. Oleh sebab itu maka penyempurnaan syahadat adalah kunci untuk mewujudkan islam yang rahmatan lil alamin.

Kepasrahan adalah titik nol sebagai prasarat mutlak Syahadat yang kaffah
            Akan tetapi masalah yang selanjutnya bagaimana caranya supaya manusia bisa sempurna dalam syahadatnya. Syahadat adalah rukun islam yang ke-1 namun dalam deret matematika di alam raya ini sebelum bisa menginjak ke angka 1 maka manusia haruslah menyempurnakan dulu bilangan 0 (nol) baru aka tercapai. Prasarat utama supaya syahadat seorang muslim sempurna adalah : pertama. Syahadat adalah perwujudan dari kepasrahan manusia dalam menerima Allah sebagai tuhannya serta Nabi Muhammad SAW sebagai nabinya. Seorang manusia bisa pasrah jika memiliki alasan yang tepat dan tidak terbantahkan kenapa saya harus pasrah? Kepasrahan adalah titik nol dalam diri manusia titik nol adalah titik keseimbangan alam semesta. Nol adalah bilangan yang nilainya tak terdefinisikan oleh sebab itu menurut saya keliru jika ada ahli matematika mengangap nol itu tidak bernilai jika tida disertai dengan bilangan yang lain. Dalam deret aritmetika titik nol adalah titik kesimbangan yang mana nilai nol tidaklah terdefinisikan dan tidak terbatas. Buktinya jika dari angka nol bergeser kekanan atau keatas maka itu bernilai positive mulai dari 1 sampai tidak terhingga dan jika bergeser kekiri atau kebawah maka negative mulai dai -1 sampai tidak terhingga. Jika manusia menghitung sampai ke angka berapapun kalau dikembalikan atau dikalikan pada titik nol maka nilainya adalah nol. Oleh sebab itu nol nilainya itu tidak terbatas bisa menjadikan angka lain bernilai atau tidak bernilai. Coba lihat betapa rumitnya filsafat dan penggunaan angka romawi yang tidak ada bilangan nol di dalamnya.
Oleh sebab itu menurut saya nol adalah titik ilahiyyah dimensi ketuhanan yang menjadikan alam semesta ini stabil. Manusia sekaya dan sekuat apapun ketika dikembalikan pada titik ketuhanan nilai yang ia miliki tidak ada apa-apanya. Pun manusia selemah atau semiskin apapun ketika dikembalikan kepada nilai-nilai ilahiyah maka semuanya tidak ada artinya. Semua bilangan baik positive ataupun negative berasal dari titik nol sebagai pijakan awalnya. “innalillahi wainna ilaihi roji’un” semua berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah. Semua berasal dari titik nol maka jika dikembalikan pada nol maka semuanya seakan-akan tak ada nilainya.
Seorang manusia bisa pasrah dalam bersyahadat ketika ia menyadari betapa dirinya tidak berdaya,tidak ada apa-apanya dan tak ada gunanya ktika tanpa Allah. Dia akan lemah jika tak diberikan kekuatan oleh Allah,dia akan miskin ketika tak diberikan kekayaan oleh Allah dan dia akan bodoh ketika tak dikaruniai ilmu oleh Allah sang pencipta awal dari sesuatu.
Jika kita fahami dan perhatikan secara seksama manusia-manusia yang enggan menyembah Allah dan enggan bersyahadat secara kaffah, hal itu disebabkan oleh adanya rasa kepemilikan kelebihan yang ada dalam dirinya.dia merasa dirinya kuat sehingga tak membutuhkan Allah untuk melindunginya,dia merasa kaya raya sehingga tak membutuhkan Allah sebagi dzat yang menjamin kehidupannya,dia merasa punya jabatan sehingga bisa merasa paling berkuasa. Sehingga rasa-rasa itulah yang menghalangi dari kepasrahan manusia terhadap TUHAN. Manusia bisa pasrah kepada Tuhan ketika dia menyadari dan kembali pada titik nol sebagai awal dari segala sesuatu yang ia miliki.

Pemaknaan kalimat Syahadat sebagai pijakan bersyahadat secara Kaffah
            Syahadat bukan hanya diucapkan melainkan yang terpenting haruslah dimaknai. Jika seorang muslim hanya bisa mengucapkan dua kalimat syahadat maka sesungguhnya dia gak pantas disebut manusia karena jika syahadat hanya di ucapkan maka seekor burung beo pun diberikan kemampuan untuk mengucapkan. Jika syahadat seorang mukallaf hanya diucapkan seorang bayi yang baru belajara berbicarapun bisa mengucapkan itu. Oleh sebab itu pemaknaan dua kalimat syahadat menjadi syarat mutlak muslim untuk menjadi muslim yang kaffah.
            Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas kalimat syahadat sesuai dengan kemampun yang saya miliki. Adapun kalimat syahadat pertama sebagai syahadat ilahiyah yang menjadi sebuah ikrar serta perjanjian antara makhluk dengan sang khaliq adalah :
اشهد ان لااله الاالله
Kalimat syahadat pertama diawali dengan lafadz “asyhadu” yang dalam kajian bahasa arab asyhadu itu dhamir atau subjeknya adalah “ana/aku” yaitu muttakalim wahdah  dalam bahasa Indonesia biasa diartikan “aku bersaksi” subjek aku sebagai orang yang melakukan persaksian adalah keseluruhan dimensi serta realitas yang dimiliki oleh si “aku”. Aku bukanlah mulut saja,bukan mata saja,bukan telinga saja melainkan semua yang ia miliki. Oleh sebab itu ketika seseorang mengucapkan lafadz “asyhadu” maka itu berarti keseluruhan realitas yang ada dalam dirinya itu dipersaksikan. Oleh sebab itu maka sahadat itu bukan “MENGAKU” melainkan “MENG-AKU” dalam artian ketika seseorang mengucapkan lafadz “asyhadu”dalm dua kalimat syahadat maka dia sudah mempasrahkan keseluruhan realitas yang ia miliki untuk dipersaksikan kepada Allah sebagai tuhannya dan Muhammad sebagai nabinya.
            Kemudian lafadz kedua dalam kalimat syahadat adalah “AN” dalam bahasa sunda ulama salaf mengartikannya “kalawan kalakuan sareung tingkah” dalam artinya dengan  keseluruhan kinerja serta gerak langkah dalm hidupnya. Oleh sebab itu orang yang membaca kalimat ini mengikrarkan apapun yang ia lakukan dan ia kerjakan dipersaksikan serta diperuntukan hanya untuk dzat yang maha benar. Ia melakukan kebaikan bukan untuk harta jabatan ataupun pujian melainkan hanya semata-mata hanya untuk Allah tuhan semesta alam.
            Kemudian kalimat “lailahaillallah” kalimat lailahaillallah di awali dengan huruf “LA” yang dalam kajian bahasa arab huruf “la” dalam kalimat ini adalah la naïf artinya la yang mentiadakan atau dalam kajian bahasa Indonesia disebut sebagai kalimat negasi. Selanjutnya lafadz “ILAHA”  yang dalam bahasa Indonesia biasanya diartikan “TUHAN” hal itu bisa dilihat pada terjemah al-quran Surat An-nas  ayat kedua. Lafadz ilaha adalah realitas yang dipertuhankan oleh manusia. Selanjutnya disambung denga huruf “ILa” yang dalam tata bahasa arab adalah huruf istisnya atau afirmasi dalam tata bahasa Indonesia yang arti dan gunanya “mengecualikan” selanjutnya lafadz “ALLAH” sebagai wujud realitas yang benar-benar dipertuhankan oleh manusia tidak ada dzat lain yang dipertuhankan dengan seutuhnya dan sebenar-benarnya kecuali Allah.
            Oleh sebab itu jika kita tarik benang merah makna dari lafadz syahadat ilahiyah ini ketika manusia mengucapkan اشهد ان لااله الاالله  "asyhaduanlailahailaAllah"
Maka sesungguhnya dia sudah mengirarakan bahwa sesunguhnya aku bersaksi dengan demua yang ada pada diriku dan apapun yang akan aku lakukan dan kerjakan bahwa tidak ada tuhan yang aku sembah melainkan Allah. Maka orang tersebut apapun yang ia lakukan bukan menginginkan harta,pujian ataupun jabatan melainkan semata-mata hanya untuk Allah. Sehingga jika semua umat islam sudah faham akan makna syahadat maka pemaknaan itu haruslah tercermin dalam setiap tingkah laku yang ia lakukan,jika itu belum tercermin maka syahadat ilahiyahnya belumlah pantas disebut sebagai syahadat.
            Pemaknaan syahadat ilahiyah sangatlah pening untuk difahami dan diaflikasikan oleh seluruh elemen umat islam guna mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan di ridhoi Allah SWT. Jika syahadat ini dimaknai dan diamalkan oleh seorang pemimpin maka setiap kebijakan dan apapun yang ia lakukan bukanlah untuk upah,pujian ataupun kekayaan melainkan semata-mata hanya untuk Allah begitu pula oleh tentara,birokrasi,tokoh masyarakat,tokoh agama ataupun masyarakat biasa. Jika semua itu sudah terlaksana maka akan dengan sendiri bangsa dan Negara tersebut akan menjadi bangsa yang adil makmur dan diridhai oleh Allah SWT yang akan dibukakan padanya keberkahan dari langit dan bumi.
            Dalam krisis kepemimpinan,krisis moral.krisis akhlak yang ada pada bangsa Indonesia yang notabene mayoritas bangsa ini mengaku beragama islam dan tentunya pernah bahkan setiap hari pastilah membaca syahadat karena syahadat merupakan salah satu rukun sholat. maka sudah menjadi sebuah keharusan untuk melakukan reorientasi serta pemaknaan kembali syahdat ilahiyah yang sudah ia ucapkan sebagai seorang muslim. Pemaknaan kembali kalimat syahadat akan melahirkan revolusi akhlaq,revolusi moral,revolusi hukum bangsa kita menjadi bangsa yang seutuhnya yang kembali menjadi Indonesia yang berdaulat dan beridentitas. Amin ya rabbal alamin

*Faiz Al-zawahir Ketua Umum HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Kabupaten Bandung. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung