Rabu, 23 Juli 2014

Dari Sahadat Ke Revolusi Bangsa Dan Negara Guna Menjadi Negara Yang Adil Makmur Dan Diridhai Allah SWT (Bagian 1_Syahadat Ilahiyah)



Dari Sahadat Ke Revolusi  Bangsa Dan Negara Guna Menjadi Negara Yang Adil Makmur Dan Diridhai Allah SWT
(Bagian 1_Syahadat Ilahiyah)

Oleh : Faiz Al-Zawahir *


            Islam adalah agama yang paling sempurna dan tak ada yang lebih sempurna dari islam “al islamu yu’la wala ya’lu alaih” . manifestasi akan kesempurnaan islam ada dalam segala asfek kehidupan. Islal satu-satunya agama yang membahas segala asfek kehidupan manusia. Islam senantiasa mengatur bagaimana pola interaksi manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesame manusia,manusia dengan alam dan manusia dengan dirinya sendiri. Selain dari itu islam satu-satunya agama yang mengatur seluruh tingkah laku dalam kehidupan manusia. Kesempurnaan islam bisa dibuktikan oleh semua manusia menggunakan fersfektif apapun dan ketika islam dilihat dari berbagai fersfektif maka akan semakin Nampak kesempurnaan islam. Hal itu membuktikan bahwasanya kesempurnaan islam tak akan pernah terbantahkan lagi.
Jika suatu bangsa ataupun Negara dibangun dengan pijakan nilai-nilai islam maka bangsa itu akan menjadi bangsa yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT karena hal itulah yang menjadai “masyarakat Cita” yang menjadi tujuan islam. Hal itu akan Nampak  ketika islam yang rahmatan lil alamin terrealisasikan dalam segala asfek kehidupan berbangsa dan bernegara.
            Akan tetapi kesempurnaan islam tidak akan pernah bisa terlihat dan dirasakan ketika nilai-nilai ajaran islam tidaklah di aflikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sebuah nilai atau ajaran dikatakan hidup ketika diwujudkan dalam amal shaleh atau caknur menyebutnya kerja social. ketika ajaran serta nilai yang diajarkan agama itu tidak di implementasikan dalam kehidupan maka agama akan kehilangan subtansi serta esensi dari agama tersebut. Agama hanya akan menjadi ritus-ritus yang kehilangan maknanya,agama hanya akan menjadi seperangkat kitab-kitab yang mendongengkan kebaikan dan keburukan.
            Dalam mengimplementasikan ajaran islam dalam kehidupan ini maka kewajiban untuk seluruh umat islam yang pertama adalah membaca dua kalimat syahadat. Dua kalimat syahadat sebagaimana dibahas oleh para ulama adalah pintu gerbang menuju keislaman yang kaffah. Dalam hadis nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim Syahadat adalah rukun islam yang ke-1 dalam logika ilmu pasti tak mungkin manusia bisa sampai pada angka 2 jika angka satu belum sempurna begitu pula seterusnya. Oleh sebab itu maka penyempurnaan syahadat adalah kunci untuk mewujudkan islam yang rahmatan lil alamin.

Kepasrahan adalah titik nol sebagai prasarat mutlak Syahadat yang kaffah
            Akan tetapi masalah yang selanjutnya bagaimana caranya supaya manusia bisa sempurna dalam syahadatnya. Syahadat adalah rukun islam yang ke-1 namun dalam deret matematika di alam raya ini sebelum bisa menginjak ke angka 1 maka manusia haruslah menyempurnakan dulu bilangan 0 (nol) baru aka tercapai. Prasarat utama supaya syahadat seorang muslim sempurna adalah : pertama. Syahadat adalah perwujudan dari kepasrahan manusia dalam menerima Allah sebagai tuhannya serta Nabi Muhammad SAW sebagai nabinya. Seorang manusia bisa pasrah jika memiliki alasan yang tepat dan tidak terbantahkan kenapa saya harus pasrah? Kepasrahan adalah titik nol dalam diri manusia titik nol adalah titik keseimbangan alam semesta. Nol adalah bilangan yang nilainya tak terdefinisikan oleh sebab itu menurut saya keliru jika ada ahli matematika mengangap nol itu tidak bernilai jika tida disertai dengan bilangan yang lain. Dalam deret aritmetika titik nol adalah titik kesimbangan yang mana nilai nol tidaklah terdefinisikan dan tidak terbatas. Buktinya jika dari angka nol bergeser kekanan atau keatas maka itu bernilai positive mulai dari 1 sampai tidak terhingga dan jika bergeser kekiri atau kebawah maka negative mulai dai -1 sampai tidak terhingga. Jika manusia menghitung sampai ke angka berapapun kalau dikembalikan atau dikalikan pada titik nol maka nilainya adalah nol. Oleh sebab itu nol nilainya itu tidak terbatas bisa menjadikan angka lain bernilai atau tidak bernilai. Coba lihat betapa rumitnya filsafat dan penggunaan angka romawi yang tidak ada bilangan nol di dalamnya.
Oleh sebab itu menurut saya nol adalah titik ilahiyyah dimensi ketuhanan yang menjadikan alam semesta ini stabil. Manusia sekaya dan sekuat apapun ketika dikembalikan pada titik ketuhanan nilai yang ia miliki tidak ada apa-apanya. Pun manusia selemah atau semiskin apapun ketika dikembalikan kepada nilai-nilai ilahiyah maka semuanya tidak ada artinya. Semua bilangan baik positive ataupun negative berasal dari titik nol sebagai pijakan awalnya. “innalillahi wainna ilaihi roji’un” semua berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah. Semua berasal dari titik nol maka jika dikembalikan pada nol maka semuanya seakan-akan tak ada nilainya.
Seorang manusia bisa pasrah dalam bersyahadat ketika ia menyadari betapa dirinya tidak berdaya,tidak ada apa-apanya dan tak ada gunanya ktika tanpa Allah. Dia akan lemah jika tak diberikan kekuatan oleh Allah,dia akan miskin ketika tak diberikan kekayaan oleh Allah dan dia akan bodoh ketika tak dikaruniai ilmu oleh Allah sang pencipta awal dari sesuatu.
Jika kita fahami dan perhatikan secara seksama manusia-manusia yang enggan menyembah Allah dan enggan bersyahadat secara kaffah, hal itu disebabkan oleh adanya rasa kepemilikan kelebihan yang ada dalam dirinya.dia merasa dirinya kuat sehingga tak membutuhkan Allah untuk melindunginya,dia merasa kaya raya sehingga tak membutuhkan Allah sebagi dzat yang menjamin kehidupannya,dia merasa punya jabatan sehingga bisa merasa paling berkuasa. Sehingga rasa-rasa itulah yang menghalangi dari kepasrahan manusia terhadap TUHAN. Manusia bisa pasrah kepada Tuhan ketika dia menyadari dan kembali pada titik nol sebagai awal dari segala sesuatu yang ia miliki.

Pemaknaan kalimat Syahadat sebagai pijakan bersyahadat secara Kaffah
            Syahadat bukan hanya diucapkan melainkan yang terpenting haruslah dimaknai. Jika seorang muslim hanya bisa mengucapkan dua kalimat syahadat maka sesungguhnya dia gak pantas disebut manusia karena jika syahadat hanya di ucapkan maka seekor burung beo pun diberikan kemampuan untuk mengucapkan. Jika syahadat seorang mukallaf hanya diucapkan seorang bayi yang baru belajara berbicarapun bisa mengucapkan itu. Oleh sebab itu pemaknaan dua kalimat syahadat menjadi syarat mutlak muslim untuk menjadi muslim yang kaffah.
            Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas kalimat syahadat sesuai dengan kemampun yang saya miliki. Adapun kalimat syahadat pertama sebagai syahadat ilahiyah yang menjadi sebuah ikrar serta perjanjian antara makhluk dengan sang khaliq adalah :
اشهد ان لااله الاالله
Kalimat syahadat pertama diawali dengan lafadz “asyhadu” yang dalam kajian bahasa arab asyhadu itu dhamir atau subjeknya adalah “ana/aku” yaitu muttakalim wahdah  dalam bahasa Indonesia biasa diartikan “aku bersaksi” subjek aku sebagai orang yang melakukan persaksian adalah keseluruhan dimensi serta realitas yang dimiliki oleh si “aku”. Aku bukanlah mulut saja,bukan mata saja,bukan telinga saja melainkan semua yang ia miliki. Oleh sebab itu ketika seseorang mengucapkan lafadz “asyhadu” maka itu berarti keseluruhan realitas yang ada dalam dirinya itu dipersaksikan. Oleh sebab itu maka sahadat itu bukan “MENGAKU” melainkan “MENG-AKU” dalam artian ketika seseorang mengucapkan lafadz “asyhadu”dalm dua kalimat syahadat maka dia sudah mempasrahkan keseluruhan realitas yang ia miliki untuk dipersaksikan kepada Allah sebagai tuhannya dan Muhammad sebagai nabinya.
            Kemudian lafadz kedua dalam kalimat syahadat adalah “AN” dalam bahasa sunda ulama salaf mengartikannya “kalawan kalakuan sareung tingkah” dalam artinya dengan  keseluruhan kinerja serta gerak langkah dalm hidupnya. Oleh sebab itu orang yang membaca kalimat ini mengikrarkan apapun yang ia lakukan dan ia kerjakan dipersaksikan serta diperuntukan hanya untuk dzat yang maha benar. Ia melakukan kebaikan bukan untuk harta jabatan ataupun pujian melainkan hanya semata-mata hanya untuk Allah tuhan semesta alam.
            Kemudian kalimat “lailahaillallah” kalimat lailahaillallah di awali dengan huruf “LA” yang dalam kajian bahasa arab huruf “la” dalam kalimat ini adalah la naïf artinya la yang mentiadakan atau dalam kajian bahasa Indonesia disebut sebagai kalimat negasi. Selanjutnya lafadz “ILAHA”  yang dalam bahasa Indonesia biasanya diartikan “TUHAN” hal itu bisa dilihat pada terjemah al-quran Surat An-nas  ayat kedua. Lafadz ilaha adalah realitas yang dipertuhankan oleh manusia. Selanjutnya disambung denga huruf “ILa” yang dalam tata bahasa arab adalah huruf istisnya atau afirmasi dalam tata bahasa Indonesia yang arti dan gunanya “mengecualikan” selanjutnya lafadz “ALLAH” sebagai wujud realitas yang benar-benar dipertuhankan oleh manusia tidak ada dzat lain yang dipertuhankan dengan seutuhnya dan sebenar-benarnya kecuali Allah.
            Oleh sebab itu jika kita tarik benang merah makna dari lafadz syahadat ilahiyah ini ketika manusia mengucapkan اشهد ان لااله الاالله  "asyhaduanlailahailaAllah"
Maka sesungguhnya dia sudah mengirarakan bahwa sesunguhnya aku bersaksi dengan demua yang ada pada diriku dan apapun yang akan aku lakukan dan kerjakan bahwa tidak ada tuhan yang aku sembah melainkan Allah. Maka orang tersebut apapun yang ia lakukan bukan menginginkan harta,pujian ataupun jabatan melainkan semata-mata hanya untuk Allah. Sehingga jika semua umat islam sudah faham akan makna syahadat maka pemaknaan itu haruslah tercermin dalam setiap tingkah laku yang ia lakukan,jika itu belum tercermin maka syahadat ilahiyahnya belumlah pantas disebut sebagai syahadat.
            Pemaknaan syahadat ilahiyah sangatlah pening untuk difahami dan diaflikasikan oleh seluruh elemen umat islam guna mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan di ridhoi Allah SWT. Jika syahadat ini dimaknai dan diamalkan oleh seorang pemimpin maka setiap kebijakan dan apapun yang ia lakukan bukanlah untuk upah,pujian ataupun kekayaan melainkan semata-mata hanya untuk Allah begitu pula oleh tentara,birokrasi,tokoh masyarakat,tokoh agama ataupun masyarakat biasa. Jika semua itu sudah terlaksana maka akan dengan sendiri bangsa dan Negara tersebut akan menjadi bangsa yang adil makmur dan diridhai oleh Allah SWT yang akan dibukakan padanya keberkahan dari langit dan bumi.
            Dalam krisis kepemimpinan,krisis moral.krisis akhlak yang ada pada bangsa Indonesia yang notabene mayoritas bangsa ini mengaku beragama islam dan tentunya pernah bahkan setiap hari pastilah membaca syahadat karena syahadat merupakan salah satu rukun sholat. maka sudah menjadi sebuah keharusan untuk melakukan reorientasi serta pemaknaan kembali syahdat ilahiyah yang sudah ia ucapkan sebagai seorang muslim. Pemaknaan kembali kalimat syahadat akan melahirkan revolusi akhlaq,revolusi moral,revolusi hukum bangsa kita menjadi bangsa yang seutuhnya yang kembali menjadi Indonesia yang berdaulat dan beridentitas. Amin ya rabbal alamin

*Faiz Al-zawahir Ketua Umum HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Kabupaten Bandung. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung
 

2 komentar: