Memahami Kesalehan Transformatif Pada
Ikhtiar
Transfigurasi Ahmad Wahib
Ahmad wahib adalah sosok aktivis
muslim yang mengalami gejolak pemikiran yang sungguh luar biasa dalam hidupnya.
Hal itu disebabkan oleh ajaran serta dogma agama yang tak jarang bertentangan
dengan pengalaman hidup dan apa beliau rasakan. Tak semua umat muslim mengalami
apa yang beliau alami. Sehingga gagasan serta apa yang beliau fikirkan tak
jarang menyebabkan kontroversi dan berbenturan dengan pendapat mayoritas umat
islam pada umumnya. Dalam sejarah hidupnya ia pernah tinggal dan hidup di
lingkungan Kristen dan bergaul dengan seorang Kristen yang sholeh. Dalam
kesehariannya dia senantiasa bergaul dengan ulam dan pemikir islam. Dia hidup
di lingkungan islam dan melihat orang islam yang tidaklah sholeh malahan
cenderung pendosa dalam kehidupan nereka sehari-hari.
Latar belakang kehidupan yang beliau
alami membentuk pemikiran yang khas,”nyeleneh” bahkan bebrapa kalangan
pundamentalis islam mengangap beliau adalah orang yang sesat. Dimata
Wahib perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang haru dirasakan, bukan disesali
atau di bensi. Bagi wahib perbedaan semestinya disikapai dengan cara melebur,
aku-individu ke dalam realitas multivarian, menyelaminya, memaknainya satu
persatu. Dengan begitu kita bisa melihat warna yang beraneka rona, demikian
wahib menyebutnya- dan merayakan perbedaan sebagai rahmat Tuhan .
Pluralisme bagi ahmad wahib adalah
sebuah keharusan dalam hidup. Karena jika kita tak memahami dan mengamalkan
makna dari pluralisme mustahil kita bisa mecapai derajat muslim yang seutuhnya.
Karena dalam pemahaman beliau keshalehan dalam islam hanya akan dicapai bukan
oleh orang yang merasa “paling islam” tapi kesalehan itu hanya bisa di capai
oleh orang yang mampu merasa,meresafi dan mengamalkan nilai-nilai islam dan
inti dari ajaran islam.
Belajar
pada ikhtiar transfigurasi Wahib
Aku bukan hatta, bukan soekarno, bukan sjahrir,
bukan Nasir, bukan Marx, dan bukan pula yang lain-lain. Bahkan............ aku
bukan wahib. Aku adalah Me-Wahib, aku mencari dan terus-menerus mencari ,
menuju dan menjadi wahib, ya, aku bukan aku, aku adalah meng-aku yang terus
menerus berproses menjadi aku
( Ahmad Wahib, 1981:55)
Aku
bukan nasionalis, bukan Katoloik, bukan sosialis, aku bukan budha, Protestan,
bukan westernis. Aku bukan komunis aku bukan humanis, aku adalah semuanya .
mudah-mudahan inilah yang disebut Muslim. Aku ingin bahwa orang memandang dan
menilaiku sebagai suatu kemutlakan tanpa menghubung-hibngkan dari kelompok mana
saya termasuk serta dari aliran apa saya berangkat
(
Wahib, 1981 : 41 )
Bila
menilai sesuatu kita sudah bertolak dari suatu asumsi bahwa ajaran Islam itu
baik dan paham-paham lain dibawahnya lebih rendah. Ajaran Islam kita tempatkan
kedalam tempat yang paling baik. Dan apa yang tidak cocok denganya kita taruh
dalam nilai dibawahnya. Karena islam itu paling baik maka kita selalu
mengindentikan pendapat yang kita anggap benar sebgai penadapat Islam
( Wahib, 1981 : 21-22 )
Menurut Kuntowijoyo
berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Imron 110 Bahwa
islam memiliki dinamika dalam untuk tumbuhnya desakan pada adanya transformasi
sosial secara terus-menerus ternyata berakar juga pada misi ideologisnya, yakni
cita-cita untuk menegakan amr ma;ruf dan
nahy munkar dalam masyarakat dalam kerangka keimanan kepada Tuhan,
sementara amar ma’ruf berarti humanisasi dan emansipasi dan nahy munkar
merupakan upaya untuk liberalisasi dan karena kedua tugas ini berada dala
kerangka keimanan maka humanisasi dan liberalisasi ini merupakan dua sisi yang
tidak dapt dipisahkan dari transendensi. Di setiap masyarkat dengan struktur
dan sidtem apa pun dan dalam tahap historis yang mana pun, cita-cita untuk
humanisasi, emansipasi, liberalisasi, dan trensendensi akan selalu
memotivasikan gerakan transformasi Islam ( Kuntowijoyo, 1991 : 338 )
Selain
dari itu Munir
mulkhan berpendapat “Ajaran rahmatan lilalamin hanya akan efektif manakala tafsirnya
diletakan dalam tubuh sejarah kemanusiaan, salah satu nilai dasar dari
penurunan agama dan agama-agama adalah fungsinya bagi manusia, bukan sebaliknya
manusia diciptakan untuk agama....
karena itu makna Islam sebagai ajaran bagi perdamaian dan keselamatan
umat manusia akan berfunngsi manakala ajaran itu dipahami dan ditafsir bagi
kepentingan kemanusiaan dan bukan untuk
kepentingan ketuhanaan”
( Abdul Munir Mulkham, 2005 : 47-48 )
Pemaknaan
islam sebagai agama kemanusiaan yang akan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Islam adalah agama yang pali mulia dan agama yang paling sempuran tak ada yang
lebih sempurna dan mulia lebih dai islam “alislamu
yu’la wala ya’lu alaih”.namun keluhuran dan kesempurnaan nilai-nilai yang
ada dalam ajaran islam tidak akan Nampak ketika umat islam belum memahami dan
memaknai inti dari ajaran islam seutuhnya. Islam adalah agama paling plural dan
menjung-jung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta nilai ketuhanan.
Untuk
memahami keluhuran dan nilai-niali pluralism serta toleran terhadap perbedaan
yang ada dalam islam manusia haruslah memaknai kembali fungsinya sebagai
khalifah di muka bumi ini. Dalam
hal ini Nurrholic madjid pendapat Mengenai manusia KHALIFATULLAH , dia menggambarakan dan
melakukan reinterpretasi terhadap “drama kosmis” penciptaan manusia bersumber
pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 31. Diantaranya , ia memaknainya sebgai :
1.
Kisah itu menyatakan
martabat manusia yang sangat tinggi sebagai khalifah atau wakil tuhan dibumi.
2. Untuk
Menjalankan tugasnya sebagai khalifah
Allah dibumi, manusia dilengkapi dengan ilmu pengetahuan
3. Kelengkapan
lain martabat manusia adalah kebebasan, namun tetap mengenal batas
4. Dorongan
untuk mengenal batas adalah nafsu serakah yaitu perasaan tidak puas dengan
anugrah tuhan
5. Karena
kelengkapan ilmu saja tidak menjamin manusia terhindar dari kejatuhan maka
manusia memerlukan petunjuk ilahi sebgai spirit safety net
6.
Dengan mengikuti
petunjuk ilahi itu manusia dapat memperoleh kembali kebahagiaann surgawinya
yang telah hilang ( N.Madjid 1999, 227-228)
Tafsir drama
kosmis tersebut menyajikan bebrapa kata kunci yaitu tugas kekhalifahan,
pengetahuan, kebebasan, hawa nafsu, pengetahuan spiritual safety net, dan
perolehan kembali kebahgiaan yang pernah terlepas, menurut Nurholish , berdasarkan tafsir Drama kosmis
diatas , konsep kekhalifan manusia terkait dengan konsep taskhir, tawhid, dan
taslim.Taskhir berarti penundukan alam untuk umat manusia “ sebagai
konsekuensi dari tugas kekhalifahan. Allah menciptakan segala sesuatu dibumi
ini untuk manusia ( QS 2-29 ), Allah menundukan atau membuat lebih rendah (sakhara) segala sesuatu yang ada dijagat
raya untuk manusia. ( QS, 31:20; 45:13)
Tauhid dalam
islam adalah proses pembebasan diri yang berpangkal dari syahadat pertama terdiri dari penafiaan dan peneguhan(al-nafy wa al-itsbat) yaitu peniadaan jenis-jenis Tuhan apapun, dan
peneguhan terhadap adanya tuhan yang sebenarnya. Dan Taslim ; islam adalah agam yang menghendaki ada keselarasan
hubungan antara manusia dengan Tuhan Hablum
minallah. manusia dengan manusia hablum minannas, manusia dengan alam hablum minal alam dan manusia dengan
dirinya sendiri hablum minan nafsi.
Mudah-mudahan
kita semua termasuk golongan yang terus menerus memahami dan merenungkan
keluhuran makna dan kebaikan ajaran islam. Sehingga islam sebagai agama paling
manusiawi dan agama pali sempurna akan terlihat dan dirasakan tidak hanya oleh
umat islam melainkan oleh suluruh umat manusia bahkan semua makhluk yang ada di
alam raya ini. Karena itulah islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin. Amin ya rabb
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar