BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung
pada pendidikan bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu bangsa dapat
menghasilkan “ Manusia “ yang berkwalitas lahir batin. Otomatis bangsa
tersebut akan maju, damai dan tetram. Sebaliknya jika pendidikan suatu bangsa
mengalami stagnasi maka bangsa itu akan terbelakang disegala bidang. Artinya
pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peranan penting dalam mencetak
sumber daya manusia yang berkuaitas.[1]
Berbicara mengenai kualitas sumberdaya manusia. Islam
memandang bahwa pembianaan sumberdaya manusia tidak dapat dilepaskan dari
pemikiran mengenai manusia itu sendiri, dengan demikian Islam memiliki konsep
yang sangat jelas, utuh dan komprehensif mengenai pembinaan sumberdaya manusia.
Konsep ini tetap aktual dan relevan untuk diaplikasikan sepanjang zaman (
Abudin Nata, 2001; 17)
Dewasa ini Pendidikan Nasional tengah menghadapi isu
krusial. Isu yang paling sensitif terkait dengan mutu pendidikan, relevansi
pendidikan, akuntabilitas, professionalisme, efisiensi, debirokrasi dan prilaku
pemimpin pendidikan.
Hal tersebut masing sangat kontradiktif dengan
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan
Nasional ( sisdiknas) bab II pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab . Dan pada bab
III pasal 4 ayat 6 disebutkan bahwa prinsip penyelenggaraan pendidikan
adalah dengan memperdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan ( Sisdiknas, 2003;no
20 )
Sekolah sebagai institusi pendidikan merupakan wadah
atau tempat proses pendidikan dilakukan memilki sistem yang konfleks dan
dinamis. Ekgiatan inti dari sekolah adalah pengelolaan SDM.[2] Sehingga
untuk mengoftimalkan pengelolaan SDM secara maksimal maka diperlukan sistem dan
managerial yang baik dalam pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Managemen
adalah fungsi yang berhubungan dengan upaya mewujudkan tujuan, hal ini berarti
SDM memilki peranan penting dalam menacapai tujuan.[3]
Untuk menciptakan sebuah lembaga pendidikan yang
bermutu sebagaimana yang diharapkan banyak orang atau masyarakat bukan hanya
menjadi tanggungjawab sekolah, tetapi merupakan tanggungjawab dari semua pihak
termasuk didalamnya orang tua dan dunia usaha sebagai customer internal dan
eksternal dari sebuah lembaga pendidikan. Arcaro S Jerome menyampaikan
bahwa terdapat lima karakteristik sekolah yang bermutu yaitu : 1) Fokus pada
pelanggan. 2) Keterlibatan total 3) Pengukuran 4) Komitmen 5) Perbaikan
berkelanjutan (2005:38).
Mutu produk pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh
mana lembaga mampu mengelola seluruh potensi secara optimal mulai dari
tenaga kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran, sarana pendidikan,
keuangan dan termasuk hubungannya dengan masyarakat. Pada kesempatan ini,
lembaga pendidikan Islam harus mampu merubah paradigma baru pendidikan yang
berorientasi pada mutu semua aktifitas yang berinteraksi didalamnya, seluruhnya
mengarah pencapaian pada mutu.
Suryadi Poerwanegara ( 2002 ; 12) menyampaikan ada
enam ungsur dasar yang mempengarui suatu produk : 1) Manusia 2) Metode 3) Mesin
4) Bahan 5) Ukuran 6) Evaluasi Berkelanjutan.
Total quality management/manajemen mutu terpadu
merupakan konsep yang mempunyai nilai-nilai yang baik untuk perkembangan
organisasi di semua sektor kehidupan. TQM telah banyak di adopsi kedalam berbagai
bidang terutama pada dunia bisnis dan ekonomi. Tetapi TQM bukan saja terpaku
hanya untuk aspek bisnis dan ekonomi saja, nilai-nilai yang ada dalam manajemen
mutu terpadu dapat diimplementasikan ke dalam dunia pendidikan yaitu di sekolah.
Untuk itu kami mencoba membaha pada makalah ini yang berjudul “Implementasi
Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) di Sekolah”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat penulis ambil dari
latar belakang masalah di atas adalah
1.2.1 Apakah pengertian,
elemen pendukung, serta falsafah dari manajemen mutu terpadu?
1.2.2 Bagaimana implementasi manajemen mutu terpadu
di sekolah?
1.2.3 Bagaimana manfaat implementasi manajemen mutu
terpadu di sekolah?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang dapat penulis ambil dari
rumusan masalah di atas adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian, elemen pendukung, serta falsafah dari
manajemen mutu terpadu.
1.3.2 Untuk mengetahui implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah.
1.3.3 Bagaimana manfaat implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian, Elemen Pendukung, Serta
Falsafah dari Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality
Management (TQM) ialah continous improvement (perbaikan terus-menerus) dan
Quality improvement ( Perbaikan Mutu ). Manajemen mutu terpadu merupakan salah
satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan external suatu organisasi guna
memenuhi kepuasan pelanggan.
Mutu secara umum bisa diartikan sebagai kesluruhan
gambaran dan karakteristik suatu produk berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
konsumen. Pengertian mutu dalam proses pendidikan Mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan.[4] Visi
mutu terfokus pada pemenuhan kebutuhan kustomer yang dalam proses pendidikan
adalah masyarakat.
Menurut Edward Sallis (1993:13) bahwa “Total Quality
Management is a philosophy and a methodology which assist institutions to
manage change and set their own agendas for dealing with the plethora of new
external pressures.” Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa manajemen
mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai
institusi dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk
menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.
Manajemen berasal dari kata “ to manage “ yang artinya
mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan
dari fungsi-fungsi manajemen itu, jadi manajemen itu merupakan suatu proses
untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.( Hasibuan, 2004: 1)
Manajemen Mutu Terpadu ( Total Quality Management)
dalam kontek pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan
secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada
setiap institutsi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan,, dan harapan
pelanggan, saat ini maupun masa yang akan datang. ( Edward Sallis,
2006:73). Sedangkan Santoso menyampaikan bahwa TQM merupakan suatu sistem
manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang berorientasi
pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi ( 2003:4).
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha
yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan lingkungan (
Nasution M.N, 2004:18)
Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah
untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan.[5] Dalam
TQM kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan tersebut.
Oleh karena hanya dengan memahmi proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi
dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha / manajemen dalam TQM
harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang
dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
Patricia Kovel-Jarboe (1993) mengutip Caffee dan Sherr
menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu adalah suaru filosofi komprehensif
tentang kehidupan dan kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan
perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu,
produktivitas, dan mengurangi pembiayaan. Adapun istilah yang bersamaan
maknanya dengan TQM adalah continous quality improvement (CQI) atau perbaikan
mutu berkelanjutan. Tetapi TQM memfokuskan proses atau sistem pencapaian tujuan
organisasi.
Elemen pendukung dalam
TQM
Elemen-elemen pendukung dimaksud adalah :
1. Kepemimpinan
Kesuksesan dan kegagalan suatu organisasi selalu
dihubungkan dengan kepemimpinan. Secara umum fungsi dari kepemimpinan adalah
memudahkan tercapainya tujuan dari organisasi.[6] Terdapat
13 hal yang perlu dimiliki oleh seorang pimpinan dalam manajemen mutu terpadu
yaitu :
Ø Pimpinan mendasarkan keputusan pada data, bukan hanya pendapat saja.
Ø Pimpinan merupakan pelatih, dan fasilitator bagi setiap individu/bawahan.
Ø Pimpinan harus secara aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang
dihadapi oleh bawahan.
Ø Pimpinan harus bisa membangun komitmen, yang menjamin bahwa setiap orang
memahami misi, visi, nilai dan target perusahaan yang jelas.
Ø Pimpinan dapat membangun dan memelihara kepercayaan
Ø Pimpinan harus paham betul untuk mengucapkan terima kasih kepada bawahan
yang berhasil/berjasa
Ø Aktif mengadakan kaderisasi melalui pendidikan dan pelatihan yang
terprogram
Ø Berorientasi selalu pada pelanggan internal/eksternal
Ø Pandai menilai situasi dan kemampuan orang lain secara tepat
Ø Dapat menciptakan suasana kerja yang sangat menyenangkan
Ø Mau mendengar dan menyadari kesalahan
Ø Selalu berusaha memperbaiki system dan banyak berimprovisasi
Ø Bersedia belajar kapan saja dan di mana saja
2. Pendidikan dan Pelatihan
Kemampuan mendidik dan melatih semua karyawan,
memberikan baik informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan mutu
dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa suatu bahasa dan
suatu set alat yang sama akan diperbaiki di seluruh organisasi.
3. Struktur Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk
melakukan perubahan yang dianggap perlu melaksanakan strategi pencapaian mutu.
Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari luar, tetapi akan lebih baik kalau
diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri.
4. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu
ditempuh dengan cara berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh
karyawan mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan
dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan
para karyawan untuk menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab
pertanyaan dari setiap karyawan.
Dalam hubungan antara personil di dalam organisasi
selalu di jumpai komunikasi /hungungan secara formal ataupun nonformal. Inti
dari hubungan itu adalah rasa saling menghormati diantara para personil.
Seorang pemimpin dan personil lain dalam sebuah organisasi yang dalam hal ini
adalah sekolah harulah bisa berkomunikasi dengan baik satu sama lain demi
tercapainya tujuan bersama.[7]
5. Ganjaran dan Pengakuan
Tim individu yang berhasil menerapkan proses mutu
harus diakui dan mungkin diberi ganjaran, sehingga karyawan lainnya sebagai
anggota organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan. Jadi pada dasarnya
karyawan yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi ganjaran
agar dapat menjadi panutan/contoh bagi karyawan lainnya.
6. Pengukuran
Penggunaan data hasil pengukuran menjadi sangat
penting di dalam menetapkan proses manajemen mutu. Jelaskan, pendapat harus
diganti dengan data dan setiap orang harus diberitahu bahwa yang penting bukan
yang dipikirkan akan tetapi yang diketahuinya berdasarkan data. Pengumpulan
data pelanggan memberikan suatu tujuan dan penilaian kinerja yang realistis
serta sangat berguna di dalam memotivasi setiap orang/karyawan untuk mengetahui
persoalan yang sebenarnya.
Falsafah Manajemen Mutu Terpadu
Dr. W. Edward Demings meletakkan kerangka pemikiran
dalam perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan yang terdiri dari hal-hal
berikut:
1. Reaksi berantai untuk perbaikan kualitas.
1. Reaksi berantai untuk perbaikan kualitas.
2. Transformasi organisasi.
3. Peran esensial pimpinan.
4. Hindari praktik manajemen yang
merugikan.
5. Penerapan system of profound knowledge.
2.2 Implementasi
Manajemen Mutu Terpadu (TQM) di Sekolah
Pada dasarnya TQM dalam dunia pendidikan menurut
frankin P. schargel (1994:2) dalam buku Syafarudin (2002: 35 ) dikatakan bahwa
Total qulity management education is process wich involves focusing on meeting
and exceeding custumer expectations, continous impruvment, sharing responsibilities
with employess, and reducasing scraf and rework. Artinya bahwa mutu terpadu
pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan pemusatan pada
pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus,
pembagian tanggung jawab, dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan
tersisa dan pengerjaan kembali.[8]
Hampir senada dengan pendapat Frankin dalam artikel
Dheeraj mehrotra menekankan pada penerapan manajemen mutu yang disesuaikan
dengan sifat-sifat dasar pendidikan. Sisi pelanggan yaitu siswa, orang tua dan
masyarakat menjadi fokus utama.
Dengan mengkombinasikan prinsip-prinsip tentang mutu
oleh para ahli dengan pengalaman praktek telah dicapai pengembangan suatu model
sederhana akan tetapi sangat efektif untuk mengimplementasikan manajemen mutu
terpadu di sekolah. Model tersebut terdiri dari komponen-komponen berikut :
Tujuan
|
:
|
Perbaikan terus menerus, artinya mutu selalu diperbaiki dan disesuaikan
dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan dan keinginan pelanggan.
|
Prinsip
|
:
|
Fokus pada pelanggan, perbaikan proses dan keterlibatan total.
|
Elemen
|
:
|
Kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi,
ganjaran dan pengakuan serta pengukuran.
|
Model di atas dibentuk berdasarkan tiga prinsip mutu terpadu yaitu :
1. Fokus pada pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan
(customer satisfaction). Dalam manajemen mutu terpadu, pelanggan dibedakan
menjadi dua, yaitu:
- Pelanggan internal (di dalam organisasi sekolah)
- Pelanggan eksternal (di luar organisasi sekolah)
Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan
pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal,
misalnya guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, kepala
Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi
keinginan siswa. begitu pula pada pelanggan eksternal misalnya masyarakat
sekitar.[9]
2. Perbaikan proses
Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan
pada premisi suatu seri (urutan) langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan
menghasilkan output. Perhatian secara terus menerus bagi setiap langkah dalam
proses kerja sangat penting untuk mengurangi keragaman dari output dan
memperbaiki keandalan. Tujuan pertama perbaikan secara terus menerus ialah
proses yang handal, dalam arti bahwa dapat diproduksi yang diinginkan setiap
saat tanpa variasi yang diminimumkan. Apabila keragaman telah dibuat minimum dan
hasilnya belum dapat diterima maka tujuan kedua dari perbaikan proses ialah
merancang kembali proses tersebut untuk memproduksi output yang lebih dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan, agar pelanggan baik yang internal maupun yang
eksternal menjadi puas.
3. Keterlibatan total
Setiap orang harus bepartisifasi dalam transformasi
mutu. Bukan hanya tanggung jawab dari dewan sekolah atau pengawas. Mutu
merupakan tanggung jawab semua pihak. Mutu menuntut semua orang ikut berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan.[10] Warga
sekolah wewenang/kuasa untuk memperbaiki output melalui kerjasama dalam
struktur kerja baru yang luwes (fleksibel) untuk memecahkan persoalan,
memperbaiki proses dan memuaskan.
Sedangkan, prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai
berikut:
1. Setiap orang memiliki pelanggan.
2. Setiap orang bekerja dalam sebuah system.
3. Semua sistem menunjukkan variasi.
4. Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi.
5. Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencanaan.
6. Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup.
7. Manajemen berdasarkan fakta dan data.
8. Fokus pengendalian (control) pada proses, bukan hanya
pada hasil out put.
Syarat- syarat TQM dapat berlangsung di sekolah, yaitu:
v
Sekolah harus secara terus menerus melakukan perbaikan mutu produk (output)
sehingga dapat memuaskan para pelanggan baik eksternal maupun internal.
v
Memberikan kepuasan kepada warga sekolah, komite sekolah, penyumbang dana
pendidikan di sekolah tersebut.
v
Memiliki wawasan jauh kedepan.
v
Fokus utama ditujukan pada proses, kemudian baru menyusul hasil.
v
Menciptakan kondisi di mana setiap warga sekolah aktif berpartisipasi dalam
menciptakan keunggulan mutu.
v
Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi
warga sekolah bukan dengan cara otoriter, sehingga diperoleh suasana yang
kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.
v
Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan
maaf bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
v
Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/
pendapat.
v
Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas, sehingga pengawasan
lebih mudah.
v
Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya
peningkatan mutu.
Di dalam artikel, ” Revolusi mutu di dalam
Pendidikan,” Yohanes Burung- jay Bonstingl menguraikan secara singkat prinsip
TQM yang ia percaya dapat mengubah pendidikan di sekolah. Ia menyebutnya dengan
istilah “Empat pilar TQM”[11], antara
lain:
1. Synergistic Relationships /Hubungan Sinergi.
Konsep ini menekankan pada ” sistematis pekerjaan yang
dilakukan di mana semua waga sekolah dilibatkan”. Dengan kata lain, kerjasama
sekelompok dan kolaborasi adalah sesuatu yang sangat penting. Konsep sinergi
menyatakan bahwa capaian dan produksi ditingkatkan dengan penyatuan bakat dan
pengalaman individu.Prinsip ini menekankan bahwa fokus utama organisasi sekolah
adalah pada pelanggan dan penyalur. Pelanggan utama sekolah merupakan siswa itu
sendiri dan penyalurnya adalah guru. Guru dan siswa adalah tim, dalam artian
dibutuhkan kerjasama yang sinergi antara keduanya. Prinsip ini ditujukan agar
tercapinya pengembangan kemampuan minat dan bakat siswa.
Di dalam kelas, guru-murid regu adalah tim . Produk
kesuksesan mereka dalam bekerjasama adalah pengembangan kemampuan minat, dan
karakter siswa. Siswa adalah pelanggan guru,sebagai penerima dari jasa bidang
pendidikan untuk peningkatan dan pertumbuhan siswa. Guru dan sekolah adalah
para penyalur dari efektif alat belajar, lingkungan, dan sistem untuk siswa.
Sekolah bertanggung jawab untuk menjamin kelangsungan pendidikan para siswa
dalam jangka panjang dengan proses pembelajaran tentang bagaimana cara belajar
dan cara berkomunikasi.
2. Perbaikan Terus Menerus dan Evaluasi Diri.
Adanya perbaikan terus menerus, secara individual
maupun secara berkelompok baik di dalam menyeting kualitas sekolah dengan jalan
administrator bekerja berkolaborasi dengan pelanggan dan para guru. TQM
menekankan evaluasi diri sebagai bagian dari suatu proses perbaikan
berkelanjutan. Administrator berperan penting sekali dalam upaya perbaikan
terus menerus dengan cara mempertegas disiplin, seperti pengendalian, perintah
baik dengan intimidasi untuk kemajuan sekolah. TQM pendidikan dibutuhkan
evaluasi diri.
3. Suatu Sistem dari Proses Berkelanjutan.
Perbaikan mutu adalah proses berkesinanmbungan bukan
proses sekali jalan dan dalam waktu yang sebentar saja.[12]Pilar
TQM yang ketiga yang diterapkan di akademis adalah pengenalan organisasi
sebagai sistem dan pekerjaan yang dilaksanakan di dalam organisasi harus
dilihat sebagai suatu proses berkelanjutan. Dalam pilar ketiga TQM pendidikan
ini adalah organisasi dianggap sebuah sistem artinya komponen-komponen sekolah
saling mempengaruhi dan saling ketergantungan. Guru dan siswa merupakan sistem
dari sekolah, mutu ditujukan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
komponen-komponen yang mengalami cacat/memerlukan perbaikan.
4. Kepemimpinan.
Prinsip ini menyatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan
TQM merupakan tanggung jawab dari manajemen puncak yaitu kepala sekolah. Implikasi
dari pilar keempat ini adalah kepemimpinan sebagai alat dalam menerapkan
manajemen mutu terpadu harus memiliki visi dan misi atau pandangan jauh yang
jelas kedepannya. Mutu memelukan kepemimpinan dari anggota dewan sekolah dan
administrator. [13]Aspek
kepemimpinan sangat esensial sekali dalam perkembangan mutu. Kepemimpinan
dilihat dari sudut formal yakni kepala sekolah sebagai pimpinan puncak wajib
melakukan perbaikan-perbaikan serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan sekolah
dan para guru di sekolah harus mampu menetapkan konteks di mana para siswa
dapat secara optimal mencapai potensi mereka melalui dampak dari kemajuan
berkelanjutan yang disebabkan oleh kerja sama antara para guru dan para siswa
tersebut.
2.3 Manfaat Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) di Sekolah
adapun manfaat dari implementasi manajemen mutu
terpadu di sekolah, antara lain:
Ø
Membantu dalam menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggung-jawab
sekolah. Dengan adanya penerapan TQM dalam pendidikan akan membantu memperjelas
peranan masing-masing komponen sekolah. Seperti kepala sekolah, guru dan siswa,
serta masyarakat
Ø
Memberikan bantuan dalam merencanakan pelatihan kepemimpinan secara
menyeluruh untuk pendidik pada semua tingkatan.
Ø
Mendisain secara menyeluruh pengembangan anak. Artinya bahwa dengan adanya
TQM akan memberikan manfaat pada desain atau rancangan dalam pengembangan
peserta didik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan, antara lain:
3.1.1 Banyak para sarjana yang
berpendapat tentang manajemen mutu terpadu. Tetapi para sarjana sepakat bahwa
dalam manajemen mutu terpadu, hal yang terpenting adalah proses atau sistem
dalam pencapaian tujuan organisasi. Elemen pendukung dalam TQM adalah
kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi,
ganjaran dan pengakuan, serta pengukuran. Adapun falsafah dari manajemen mutu
terpadu adalah reaksi berantai untuk perbaikan kualitas, transformasi
organisasi, peran esensial pimpinan, hindari praktik-orakti manajemen yang
merugikan, dan penerapan system of profound knowledge.
3.1.2 Dalam implementasi manajemen
mutu terpadu di sekolah, hendaknya memperhatikan prinsip, syarat- syarat, dan
empat pilar TQM sehingga pelaksanaannya dapat berlangsung dengan lancer.
3.1.3 manfaat dari implementasi manajemen mutu terpadu disekolah manajemen
mutu terpadu bisa meningkatakan kualitas dari proses pendidikan dan hasil
pendidikan sehingga bisa memenuhi harapan dan kepuasan Costumer.
3.2 Saran- saran
Adapun saran-saran yang penulis dapat berikan, antara lain:
3.2.1 Hendaknya sekolah- sekolah mulai mengimplementasikan manajemen mutu
terpadu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
3.2.2 Dalam pengimplementasiannya
di sekolah hendaknya dilaksanakan secara sungguh- sungguh sehingga pelaksanaan
berjalan lancer danhasil yang diinginkan tercapai secara optimal
DAFTAR PUSTAKA
Ð Dr.M.Sobri
Sutikno.2010.pengelolan pendidikan tintauan umum dan konsef islami. Bandung.
Prospect
Ð Prof.Dr.H.Nanang
Fatah.2004. konsef manajemen berbasis sekolah dan dewan sekolah. Bandung.
Bani Quraisy
Ð Prof.Dr.Hj.
Sedarmayanti M.Pd.2009.Sumber daya manusia dan produktivitas kerja.
Bandung. Cv Mandar Maju.
Ð Syafaruddin. 2002. Manajemen
Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.
Ð http://smanraja.blogspot.com/2012/02/manajemen-mutu-pendidikan.htm
yang diakses pada tgl 10 pebruari 2012.
[1] Prof.Dr.Hj. Sedarmayanti M.Pd.2009.Sumber daya manusia dan
produktivitas kerja. Bandung. Cv Mandar Maju. Hal 32
[2] Prof.Dr.H.Nanang Fatah.2004. konsef manajemen berbasis sekolah dan
dewan sekolah. Bandung. Bani Quraisy
[3] Prof.Dr.Hj. Sedarmayanti M.Pd.2009.Sumber daya manusia dan
produktivitas kerja. Bandung. Cv Mandar Maju. Hal 4
[4] Dr.M.Sobri Sutikno.2010.pengelolan pendidikan tintauan umum dan
konsef islami. Bandung. Prospect hal
144
[5] Dr.M.Sobri Sutikno.2010.pengelolan
pendidikan tintauan umum dan konsef islami. Bandung. Prospect hal 145
[6] Dr.M.Sobri Sutikno.2010.pengelolan pendidikan tintauan umum dan
konsef islami. Bandung. Prospect hal
93
[7] Dr.M.Sobri Sutikno.2010.pengelolan pendidikan tintauan umum dan
konsef islami. Bandung. Prospect
hal:107
[8] http://smanraja.blogspot.com/2012/02/manajemen-mutu-pendidikan.html
yang diakses pada tgl 10 pebruari 2012. Jam 20:00
[9] Dr.M.Sobri Sutikno.2010.pengelolan pendidikan tintauan umum dan
konsef islami. Bandung. Prospect
hal:146
[10] Dr.M.Sobri Sutikno.2010.pengelolan pendidikan tintauan umum dan
konsef islami. Bandung. Prospect
hal:147
[12] Dr.M.Sobri Sutikno.2010.pengelolan pendidikan tintauan umum dan
konsef islami. Bandung. Prospect
hal:144
[13] Dr.M.Sobri Sutikno.2010.pengelolan pendidikan tintauan umum dan
konsef islami. Bandung. Prospect
hal:144
Ok,,seep gan..visit my blog ya http://andri-crotz.blogspot.com/
BalasHapus