BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai
strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir
semua Negara menempatkan variable pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan
utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia
menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat
dilihat dari isi Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu
tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Salah satu
komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan
mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah yang
berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang langsung
berhadapan dengan peserta didik untuk menstransfer ilmu pengetahuan dan
teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan
keteladanan. Dengan demikian guru mempunyai misi dan tugas yang berat, namun
mulia dalam mengantarkan tunas-tunas bangsa ke puncak cita-cita. Oleh karena
itu, sudah selayaknya guru guru mempunyai kompetensi dan kepribadian yang
berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam lingkup pendidikan,
penampilan guru merupakan hal yang amat penting untuk mewujudkan kinerja secara
tepat dan efektif. Dengan demikian sifat utama seorang guru ialah kemampuannya
dalam mewujudkan penampilan kualitas kepribadian dalam interaksi pendidikan
yang sebaik-baiknya agar kebutuhan dan tujuan dapat tercapai secara efektif.
B. Rumusan Masalah
Dalam
kajian makalah ini yang berjudul “Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam di
SD, SMP, dan SMA” akan membahas hal – hal sebagai berikut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepribadian Guru
Kepribadian guru adalah suatu masalah yang abstrak hanya
dapat dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam
menghadapi setiap persoalan setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai
dengan ciri-ciri pribadi yang ia miliki. Ciri-ciri tersebut tidak dapat ditiru
oleh guru lain karena dengan adanya perbedaan ciri inilah maka kepribadian
setiap guru itu tidak sama.[1]
Kepribadian adalah keseluruhan dan individu yang terdiri dari unsur psikis, dan
pisik, artinya seluruh sikap dan perbuatan seseorang akan menggambarkan sesuatu
kepribadian apabila dilakukan secara sadar. Kepribadian merupakan suatu hal
yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan
anak didik dan masyarakat. Peranan guru sebagai pendidik profesional
sesungguhnya sangat kompliks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi
edukatif di dalam kelas. Dengan menelaah kalimat di atas, maka sosok seorang
guru itu harus siap sedia mengontrol peserta didik, kapan dan dimana saja,
karena seperti apa yang diungkapkan oleh Abdurrahmansyah, M. Ag., kurikulum
kependidikan Islam itu bukan hanya sebatas di sekolah saja tapi setiap saat.
Pantaslah James B. Broww berpendapat peran guru itu, menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan, mempersiapkan pelajaran sehari- hari mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa (Subroto, 1997: 3). Untuk itu, TC. Pasaribu dan B. Simanjuntak, mcnyatakan “Di dalam pendidikan efektivitas dapat ditinjau dan dua segi” :[2]
Pantaslah James B. Broww berpendapat peran guru itu, menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan, mempersiapkan pelajaran sehari- hari mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa (Subroto, 1997: 3). Untuk itu, TC. Pasaribu dan B. Simanjuntak, mcnyatakan “Di dalam pendidikan efektivitas dapat ditinjau dan dua segi” :[2]
1.
Mengajar guru dan menyangkut
sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang di rencanakan terlaksana.
2.
Belajar murid, yang menyangkut
sejauh mana tujuan pelajaran yang di inginkan tercapai melalui kegiatan belajar
mengajar.
Faktor terpenting pada seorang guru adalah kepribadiannya.
Karena dengan kepribadian itulah seorang guru bisa menjadi seorang pendidik dan
pembina bagi anak didiknya atau bahkan malah sebaliknya malah akan menjadi perusak
dan penghancur bagi masa depan anak didiknya.
B. Kepribadian Guru PAI
“Keteladanan akan dapat membangun
hubungan, memperbaiki kredibilitas, dan meningkatkan pengaruh” (Bobbi DePorter).
Dari paparan di atas, secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa salah satu aspek penting yang langsung atau
tidak langsung mempengaruhi terhadap kesuksesan seorang guru dalam menlankan
tugasnya adalah factor kepribadian. Kepribadian yang akan menentukan apakah
seorang guru akan menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi para siswanya,
ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan siswanya. Faktor
kepribadian akan semakin menentukan peranannya pada siswa yang masih kecil dan
yang sedang mengalami keguncangan jiwa.[3]
Sebagai
guru Pendidikan Agama Islam maka sewajarnya guru PAI memiliki kepribadian yang
seluruh aspek kehidupannya adalah “uswatub hasanah”. Pribadi guru adalah
uswatun hasanah. Betapa tingginya derajat seorang guru sehingga wajarlah bila
guru diberi berbagai julukan yang tidak akan pernah ditemukan pada profesi
lain.[4]
1. Takwa
kepada Allah swt.
Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak
mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak
bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana
Rasulullah saw. Menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh mana guru mampu member
teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia akan
diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa
yang baik dan mulia.
2. Berakhlak
mulia
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik.
Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara
tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak
didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia
pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik.
Yang dimaksud akhlak mulia dalam ilmu pendidikan Islam
adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti yang dicontohkan
pendidik utama, Nabi Muhammad saw. Kegiatan mengajar / mendidik sikap guru
sangat penting. Berhasilnya mengajar sangat ditentukan oleh sifat dan sikap
guru.
3. Adil,
Jujur dan objektif
Adil, jujur dan objektif dalam memperlakukan dan juga
menilai siswa dalam proses belajar mengajar merupakan hal yang harus dilakukan
oleh guru. Sifat-sifat ini harus ditunjang oleh penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai moral dan nilai-nilai sosial budaya yang diperoleh dari kehidupan
masyarakat dan pengalaman belajar yang diperolehnya. Jangan sampai guru
melakukan sebuah tindakan yang tidak adil, tidak jujur dan subjektif. Tindakan
negative semacam ini tidak hanya tidak boleh dilakukan oleh seorang guru dalam
kaitannya aktifitas mendidik, tetapi juga ketika sudah dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Berdisiplin
dalam melaksanakan tugas
Disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupanDisiplin
muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan, belajar yang teratur, serta
mencintai dan menghargai pekerjaannya. Disiplin adalah bagian dari mentalitas
dan kebiasan yang harus dibangun dengan landasan cinta dan kasih saying. Budaya
disiplin tidak akan terwujud manakala guru justru sering melanggarnya. Guru
harus menjadi teladan sebagai sosok yang dapat dicontoh dalam hal
kedisiplinannya.
5. Ulet
dan tekun bekerja
Keuletan dalam ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah dan
pamrih hal yang harus dimiliki pribadi guru dalam melaksanakan tugasnya
sehinnga program yang telah digariskan dalam kurikulum yang telah ditetapkan
berjalan sebagaimana mestinya.
6. Berwibawa
Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan
proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik, berdisiplin, dan tertib.
Dengan demikian kewibawaan bukan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku
sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru.
C.
Kepribadian Guru PAI di
Sekolah
Pembelajaran guru di sekolah dapat
di tingkatkan mutunya oleh adanya guru yang memiliki kepribadian unggul sebagai
pendidik. Acuan pribadi tersebut tentu tepat bila dikonfirmasikan dengan
pribadi Rasul Muhammad SAW., yang memiliki sejumlah sifat unggul yakni: shiddiq
(jujur dan benar), amanah (dapat di percaya), tabligh (mengkonfirmasikan
dan menginternalisasikan nilai), serta fathonah (cerdas).
Pribadi guru yang di harapkan oleh
siswa-siswa di sekolah adalah pribadi yang menarik secara fisik, gagah, berani,
berwibawa, dan secara intelektual memiliki kecerdasan tinggi, tidak mudah lupa,
mampu menganalisi persoalan kehidupan manusia secara integrative, serta mampu
mencari jalan keluar atas problema yang di alami peserta didik. Dapat
dinyatakan bahwa pribadi yang di harapkan yaitu pribadi guru yang memiliki
keseimbangan antara akal, jasmani, dan rohani. Akalnya cerdas, jasmaninya kuat,
serta rohaninya memiliki kecerdasan emosional dan spiritual. Adapun uraian
keribadian guru Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA
antara lain sebagai berikut:[5]
§
Kepribadian Guru SD (Sekolah
Dasar) Segenap guru pada tingkat SD hendaknya mengetahui dan menyadari
betul bahwa kepribadiannya yang tercermin dalam berbagai penampilan itu ikut
menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan pada sebuah lembaga
pendidikan itu sendiri pada umumnya dan pada tempat ia mengajar pada umumnya.
Kepribadian guru tersebut akan diserap dan diambil oleh anak didik menjadi
unsur dalam kepribadiannya yang sedang tumbuh dan berkembang.
§
Kepribadian Guru SMP
(Sekolah Menengah Pertama) Syarat kepribadian bagi guru SMP tidak
banyak berebeda dengan guru SD.
§
Kepribadian Guru SMA
(Sekolah Menengah Akhir) Guru SMA memerlukan persyaratan kepribadian
yang hampir sama dengan kepribadian guru di SD dan SMP walaupun bidang studi
dan keahliannya semakin banyak dan bermacam-macam sesuai dengan jurusannya
masing-masing. Kepribadian guru SMA harus dapat menjamin tercapainya tujuan
pendidikan pada SMA tersebut secara khusus dan tujuan pendidikan secara umum.
Kemampuan pribadi yang di miliki guru meliputi hal-hal
sebagai berikut (Usman, 1995: 16-17):
1.
Mengembangkan kepribadian.
2.
berinteraksi berkomunikasi
3.
melaksanakan bimbibingan penyuluhan
4.
melaksanakan administrasi sekolah
Adapun
kemampuan kepribadian seorang guru dalam peruses belajar menagajar secara rinci
sebagai berikut :
1.
kemanatapan integritas pribadi
2.
peka terhadap perubahan, pembaharuan
3.
berfikir alternative
4.
adil, jujur dan objektif
5.
berdisiplin dalam melaksanakan tugas
6.
ulet dan
tekun bekerja
7.
berusaha memperoleh hasil kerja yang
sebaik-baiknya
8.
simpatik, lues, bijaksana sederhana dalam
bertindak
9.
bersifat terbuka
10. Kreatif
11. Berwibawa
D.
Arti Penting Guru
“Tidak semua guru penting, bahkan banyak guru yang
menyesatkan perkembangan dan masa depan anak bangsa” (E. Mulyasa).
Ada beragam julukan yang diberikan
kepada sosok guru. Salah satu yang paling terkenal adalah “Pahlawan Tanpa Tanda
Jasa”. Julukan ini mengindikasikan betapa besarnya peran dan jasa yang
dilakukan guru sehingga guru disebut sebagai pahlawan. Guru adalah sosok
penting yang cukup menentukan dalam proses pembelajaran. Walaupun sekarang ini
ada berbagai sumber belajar alternative yang lebih kaya, seperti buku, jurnal,
majalah, internet, maupun sumber belajar lainnya, tetapi guru tetap menjadi
kunci untuk optimalisasi sumber-sumber belajar yang ada. Guru tetap menjadi
sumber belajar yang utama. Tanpa guru, proses pembelajaran tidak akan dapat
berjalanan secara maksimal.
Dengan
gambaran tugas dan peran semacam ini, guru atau pendidik merupakan sosok yang
seharusnya mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh
ilmunya tersebut dalam proses pembelajaran dalam makna yang luas, toleran dan
senantiasa berusaha menjadikan siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik.
Secara prinsip, mereka yang disebut sebagai guru bukan hanya mereka yang
memiliki kualifikasi keguruan secara formal yang diperoleh lewat jenjang
pendidikan di perguruan tinggi saja, tetapi yang terpenting adalah mereka yang
mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai
dalam matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Matra kognitif menjadikan siswa
cerdas dalam aspek intelektualnya, matra aafektif menjadikan siswa mempunyai
sikap dan perilaku yang sopan, dan matra psikomotorik menjadikan siswa terampil
dalam melaksanakan aktifitas secara evektif dan sevisien, serta tepat guna. Di
sinilah letak pentingnya peranan seorang guru.[6]
E.
Guru PAI sebagai Suri Tauladan
Pada dasarnya
perubahan perilaku yang dapat ditunjukan oleh peserta didik harus dipengaruhi
oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru.
Atau dengan perkataan lain, guru mempunyai pengaruh terhada perubahan perilaku
peserta didik. Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan) bagi
peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok
orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi
teladan, yang dapat digugu dan ditiru.
Seorang
guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dpaat ditunjukan oleh
peserta didiknya. Untuk itu, apabila seseorang ingin menjadi guru yang
professional maka sudah seharusnya ia dapat selalu meningkatkan wawasan
pengetahuan akademis dan praktis melalui jalur pendidikan berjenjang ataupun up
grading dan atau pelatihan yang bersifat in service training dengan rekan-rekan
sejawatnya. Perubahan dalam cara mengajar guru dapat dilatihkan melalui
peningkatan kemampuan mengajar sehingga kebiasaan lama yang kurang efektif
dapat segera terdeteksi dan perlahan-perlahan dihilangkan. Untuk itu, maka
perlu adanya perubahan kebiasaan dalam cara mengajar guru yang diharapakan akan
berpengaruh pada cara belajar siswa, di antaranya sebagai berikut.
1. Memperkecil
kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat merasa puas dalam
mengajar apabila banyak menyajikan informasi (ceramah) dan terlalu mendominasi
kegiatan belajar peserta didik.
2. Guru
hendaknya berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan
menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta yang
mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang dan menantang
peserta didik untuk berpikir dan bekerja (melakukan)
3. Mengubah
dari sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relevan
dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang
baru merasa belajar dan puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi
(diceramahi) guru, atau baru belajar kalau ada guru. 2
F.
Kriteria Guru Ideal dalam Perspektif
Islam
Kriteria
guru ini penting dirumuskan karena peran pendidik yang fital. Pada proses
pembelajaran memposisikan guru berperan besar dan strategis, karena itu corakk
dan kualitas pendidikan Ilsam secara umum dapat diukur dengan melihat kualitas
pendidiknya. Secara umum, tugas pendidik menurut Islam ialah mengupayakan
perkembangan seluruh subyek didik. Guru bukan saja bertugas menstransfer ilmu
tetapi ia juga yang lebih tinggi dari itu adalah mentransfer pengetahuan
sekaligus nilai-nilai diantaranya yang terpenting adalah nilai-nilai ajaran
Islam.
Guru
memiliki kedudukan yang sangat terhormat, karena tanggung jawabnya yang berat
dan mulia. Sebagai guru ia dapat menentukan atau paling tidak mempengaruhi
kepribadian subyek didik. Bahkan guru yang baik bukan hanya mempengaruhi
individu, melainkan juga dapat mengangkat dan meluhurkan derajat suatu umat.
Allah memerintahkan suatu umat agar agar sebagian diantaranya yang berkenan
memperdalam ilmu dan menjadi guru (Q.S. 9: 122) untuk meningkatkan derajat diri
dan peradaban dunia, tidak semua bergerak ke medan perang.
Guru
membawa amanah ilahiyah untuk mencerdaskan kehidupan umat dan membawanya taat
ibadah dan berakhlak mulia. Karena tanggung jawabnya yang tinggi itu ia
dituntut untuk memiliki persyaratan tertentu baik yang berkaitan dengan
kompetensiprofessional, pedagogik, sosial, dan kepribadian. Tentang keempat
kompetensi ini, UU guru dan Dosen dn pemerintah telah memberikan
rambu-rambunya.
Kemuliaan
tugas guru, Muhammad Athiyyah Al-Abrasyi, memberikan syarat kriteria ideal yang
harus dimiliki oleh pendidik agar ia dapat menjadi guru yang baik, yaitu 19
Zuhud dan ikhlas, 2) bersih lahir dan batin, 3) pemaaf, sabar, dan mampu
mengendalikan diri, 4) bersifat kebapakan atau keibuan (dewasa), dan 5)
mengenal dan memahami peserta didik dengan baik (baik secara individual maupun
kolektif). Untuk itu, tidak mudah menjadi guru Muslim yang baik. Kepribadian
guru harus merupakan refleksi dari nilai-nilai Islam.
E. Tantangan Globalisasi Guru PAI
Globalisasi
telah merubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan
sebagai warga bangsa. Tidak seorang pun yang dapat menghindari dari arus
globalisasi. Tugar dan peran guru PAI dari hari ke hari semakin berat, seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai guru PAI tentu akan
semakin berat dalam menghadapi perkembangan globalisasi yang semakin pesat
karena dalam perkembangan itu berdampak pada pergeseran nilai-nilai, sehingga
sebagai guru PAI harus mampu mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai Islam
di tengah arus globalisasi yang pesat, diantara tantangan guru PAI dalam
menghadapi arus globalisasi sebagai berikut: 6
1.
Krisis Moral
Akibat pengaruh
iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-nilai yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat menjunjung tinggi
moralitas kini sudah bergeser seiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi. Di
kalangan remaja begitu terasa akan pengaruh iptek dan globalisasi. Pengaruh
hiburan baik cetak maupun elektronik yang menjurus pada hal-hal pornografi
telah menjadikan remaja tergoda dengan kehidupan yang menjurus pada pergaulan
bebas dan materialism.
Salah satu
survey yang dilakukan sebuah lembaga di Yogyakarta menunjukan angka yang
mengkhawatirkan, yaitu sekitar 10% siswa tingkat SMP di kota itu pernah
berhubungan badan (M. Idris, 2004). Tentu saja hasil survei tersebut mengejutkan kita semua,
mengingat rata-rata usia siswa SMP 12-15 tahun, suatu usia yang masih belum
waktunya untuk melakukan suatu hubungan seperti layaknya suami istri. Di
samping itu, kita mengenal Kota Yogyakarta merupakan kota pelajar. Ini sangat
ironis bila dihubungkan dengan kenyataan yang ada. Fenomena menunjukan bahwa
arus globalisasi, terutama yang bersifat negative, bila tidak hati-hati akan
menghancurkan generasi muda dengan perilaku-perilaku yang menyimpang.
2.
Krisis Sosial
Seperti kriminalitas, kekerasan,
pengangguran dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. Akibat perkembangan
industry dan kapitalisme maka muncul masalah-masalah sosial yang ada dalam
masyarakat. Tidak semua lapisan masyarakat bisa mengikuti dan menikmati dunia
industry dan kapitalisme. Mereka yang lemah secara pendidikan, akses dan ekonomi
akan menjadi ganasnya industrialism dan kapitalisme. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan yang formal dan sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat harus
mampu menghasilkan peserta didik yang siap hidup dalam kondisi dan situasi
bagaimanapun. Dunia pendidikan harus menjadi solusi dari suatu masalah sosial
bukan menjadi bagian bahkan penyebab dari masalah sosial tersebut.
3.
Adanya
perdagangan bebas
Kondisi di atas membutuhkan kesiapan
yang matang dan terutama dari segi kualitas sumber daya manusia. Dibutuhkan SDM
yang andal dan unggul yang bersiap bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Dunia pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan
SDM yang digambarkan di atas. Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang visioner,
kompeten dan berdedikasi tinggi sehingga mampu membekali peserta didik dengan
sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat
yang sedang dan terus berubah.
4.
Perkembangan iptek
Perkembangan
iptek yang cepat dan mendasar mendorong guru harus bisa menyesuaikan diri
dengan responsive, arif, dan bijaksana. Responsif artinya guru harus bisa
menguasai dengan baik produk iptek, terutama yang berkaitan dengan dunia
pendidikan, seperti pembelajaran dengan menggunakan multimedia.
BAB III
PENUTUP
Ð
Kesimpulan
Walaupun
sebenarnya tugas untuk membentuk pribadi peserta didik menjadi pribadi yang
luhur, berakhlak mulia, memiliki nilai-nilai yang diharapkan oleh masyarkat
menjadi tanggung jawab semua guru tanpa terkecuali, namun guru PAI lah yang
menjadi terdepan dalam mengemban amanah ini. Sesuai dengan namanya, guru
Pendidikan Agama Islam, maka sudah seyogyanya guru PAI menjadi guru yang mampu
memberikan keteladanan-keteladanan yang baik, sesuai yang yang di ajarkan agama
Islam, sehingga dari keteladanan inilah akan memancarkan kewibawaan-kewibawaan
yang luhur dan mulia yang dapat diteladani oleh peserta didik. Suatu hal yang
sangat ironi jika guru PAI sebagai pembentuk peserta didik-peserta didik yang
bertakwa, barakhlak mulia dan santun tetapi guru PAI itu sendiri tidak memiliki
kriteria yang harus ada sesuai dengan gelarnya yaitu guru Pendidikan Agama
Islam.
Dalam
menghadapi arus globalisasi yang begitu pesat, guru PAI memiliki tantangan yang
paling berat dalam menghadapinya. Karena guru PAI tidak hanya menyampaikan
pengetahuan atau kognitif melainkan yang jauh lebih penting dari itu adalah
membentuk akhlak, moral, dan nilai yang luhur kepada pribadi peserta didik di
tengah derasnya arus perkembangan globalisasi. Maka dari sinilah guru PAI harus
memiliki kepribadian dan keteladanan yang luhur, mampu menyelaraskan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Roqib,
Nurfuadi. 2009. Kepribadian Guru.
Yogyakarta: Grafindo Litera Media
B.Uno,
Hamzah. 2008. Profesi Kependidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Kunandar.
2007. Guru Profesional. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Naim, Ngainun. 2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[1] Roqib, Nurfuadi. 2009. Kepribadian
Guru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media. Hlm.109
2 Muhaimin, dkk.,
Strategi Belajar Mengajar Penerapannya
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama (Surabaya: CV. Citra Media, 1996),
hlm.13
[5] Ruswandi,Uus,
M.Pd & Badruddin, M.Ag. Pengembangan Kepribadian Guru. CV.Insan Mandiri.
Hlm. 127
Tidak ada komentar:
Posting Komentar